Tiga Masalah di Pembukaan Pasar Asia

Indeks S&P 500 memulai hari Kamis dengan catatan positif, tetapi serangkaian peristiwa membalikkan keadaan. Pertama, harga minyak melonjak melewati level $90 per barel, memicu kekhawatiran mengenai inflasi tetapi sebagian besar risiko geopolitik. Kemudian, saran Presiden The Fed Minneapolis Neel Kashkari mengenai potensi skenario tidak ada penurunan suku bunga menambahkan bahan bakar lebih lanjut untuk aksi jual. Akibatnya, S&P 500 mengalami penurunan terbesar dalam hampir dua bulan.

Pilihlah racun Anda, karena salah satu dari isu-isu tersebut dapat memperburuk sentimen di seluruh Asia pada hari Jumat, tetapi saran Kashkari untuk tidak menurunkan suku bunga pada tahun 2024 tentu saja mengguncang sentimen.

Nilai tukar Tiongkok tetap menjadi titik fokus perhatian. Pasangan dolar/yuan luar negeri telah diperdagangkan di atas batas atas kisaran harian bank sentral selama 10 hari berturut-turut, sementara pasangan dolar/yuan dalam negeri juga terus mendekati ambang batas ini.

Dinamika baru-baru ini pada pasangan mata uang USD/CNH dan USD/CNY mencerminkan interaksi yang bernuansa dari faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan moneter Tiongkok dan sentimen pasar. Setelah mencapai puncaknya pada tanggal 25 Maret, USD/CNH telah melemah, mencapai level terendah semalam di 7,2457, dibantu oleh dolar AS yang lebih lemah. Sebaliknya, USD/CNY onshore telah mengalami kenaikan bertahap, mendekati batas atas kisaran perdagangan harian, yang saat ini berada di 7,2370 berdasarkan penetapan harian di 7,0949.

Manajemen People's Bank of China (PBoC) atas penetapan harian telah menarik perhatian, menandakan tindakan penyeimbangan yang rumit. Meskipun membiarkan USD/CNY menembus level 7,2000 menunjukkan toleransi untuk depresiasi jangka pendek, penetapan harian mengindikasikan keinginan untuk menjaga stabilitas. Saat ini USD/CNY berada di batas atas kisaran perdagangan, para pengamat pasar menunggu sinyal dari para pengambil kebijakan mengenai depresiasi lebih lanjut terhadap USD.

Beberapa faktor mendasari pergeseran kebijakan yang tidak kentara ini: pertama, potensi perombakan dalam komite kebijakan moneter PBoC; kedua, penyesuaian USD/CNY terhadap pelebaran selisih imbal hasil yang menguntungkan USD; dan ketiga, upaya strategis untuk meredam penguatan CNY terhadap mata uang utama lainnya. Selisih imbal hasil antara obligasi AS dan Tiongkok telah melebar, mirip dengan level yang terlihat saat USD/CNY diperdagangkan di dekat 7.3000. Sementara itu, keranjang CFETS CNY telah terapresiasi sekitar 2,5% tahun ini, mencapai level tertinggi dalam satu tahun.

Perkembangan ini menunjukkan pendekatan yang terkalibrasi oleh otoritas Tiongkok, menavigasi antara stabilitas mata uang dan kekuatan pasar dengan latar belakang kondisi ekonomi global yang terus berkembang.

Meskipun tawaran beli safe haven mendukung yen menjelang pembukaan pasar Asia, perdagangan tetap berada dalam kisaran yang menakutkan. Para pedagang tampaknya enggan untuk menguji keputusan intervensi Bank of Japan, terutama mengingat kenaikan imbal hasil AS baru-baru ini.

Para pedagang cenderung berhati-hati menyusul laporan bahwa Gubernur Bank of Japan Kazuo Ueda mengisyaratkan potensi kenaikan suku bunga jika pergerakan nilai tukar menyebabkan peningkatan inflasi. Berita ini mungkin menahan para pelaku pasar untuk mengambil posisi agresif terhadap Yen.