Konsumsi yang Kuat Mendorong Pertumbuhan di Indonesia, tetapi Masih Ada Ketidakpastian di Masa Depan

Perekonomian Indonesia tumbuh 5,1% YoY di kuartal pertama, dibantu oleh konsumsi yang kuat dan lonjakan belanja pemerintah. Dibandingkan dengan kuartal sebelumnya, PDB turun 0,83%, sedikit lebih baik dari konsensus pasar. Konsumsi rumah tangga naik 4,9% YoY, dengan bulan Ramadan yang juga memberikan dorongan tambahan untuk belanja. Belanja pemerintah melonjak hampir 20% YoY, menjelang pemilihan umum pada bulan Februari dan karena kenaikan gaji untuk pekerja sektor publik.

Sementara itu, pembentukan modal relatif lemah dan ekspor hampir tidak bergerak. Pengeluaran investasi naik 3,8%YoY, kemungkinan dibatasi oleh kenaikan biaya pinjaman, sementara ekspor naik tipis 0,5%YoY karena lemahnya permintaan global.

Pertumbuhan PDB Indonesia Kembali ke Kondisi sebelum COVID-19

Sumber: Badan Pusat Statistik

Tantangan Membayangi tetapi Masih Ada Momentum

Dalam waktu dekat, kami melihat adanya hambatan yang dapat mengurangi momentum perekonomian. Tekanan harga sedikit meningkat pada tahun 2024 karena harga pangan dan energi yang lebih tinggi, yang dapat membatasi daya beli rumah tangga hingga tekanan harga mereda.

Sementara itu, pembentukan modal, yang hanya mampu tumbuh 3,8% YoY, akan terus tertantang setelah Bank Indonesia menaikkan suku bunga kebijakan bulan lalu menjadi 6,25%. Fokus akan bergeser ke presiden terpilih Prabowo Subianto yang akan mengambil alih pemerintahan di akhir tahun dengan fokus khusus pada rencana pengeluarannya.

Meskipun ada tantangan, kami percaya masih ada kekuatan dalam perekonomian, dengan pertumbuhan setahun penuh di jalur yang tepat untuk tumbuh 5% YoY dengan potensi pertumbuhan tambahan jika sektor ekspor yang sedang mengalami kesulitan meningkat tajam.

Baca analisis aslinya: Konsumsi yang kuat mendorong pertumbuhan di Indonesia, tetapi ada ketidakpastian di masa depan