- Rupiah menguat terbatas di 16.306, BI sempat intervensi, ruang penguatan tetap terbatas karena dominasi Dolar AS.
- DXY stabil di 98,54, ditopang Klaim Tunjangan Pengangguran yang turun dan Penjualan Ritel AS yang lebih kuat dari prakiraan.
- Pasar menunggu data Sentimen Konsumen Michigan dan Ekspektasi Inflasi AS untuk peluang pergerakan jangka pendek.
Rupiah Indonesia (IDR) sedikit menguat terhadap Dolar AS (USD) pada perdagangan hari Jumat menjelang sesi Eropa, dengan USD/IDR tengah bergerak lebih rendah di 16.306 setelah menyentuh 16.339. Pola beberapa hari terakhir menunjukkan Rupiah kehilangan momentum penguatan yang sempat terlihat pekan lalu ketika USD/IDR mendekati 16.200.
Bank Indonesia sempat masuk pasar pada Kamis untuk menahan Rupiah agar tidak menembus 16.330, namun arus permintaan Dolar yang kuat ditambah jatuh tempo DNDF membuat kurs kembali terdorong hingga menyentuh 16.350. Peluang penguatan Rupiah tetap terbatas mengingat dominasi sentimen Dolar AS yang masih mendikte pergerakan di pasar global.
Dolar AS Tetap Kokoh di 98,54, Didukung Data Pengangguran dan Penjualan Ritel yang Solid
Indeks Dolar AS (DXY) tercatat stabil di 98,54 pada Jumat, mempertahankan tren penguatan sejak awal Juli setelah sempat turun ke area 96,40.
Penguatan Dolar ini didukung data ekonomi AS yang kuat. Klaim Tunjangan Pengangguran awal turun ke 221 ribu pada pekan yang berakhir 12 Juli, lebih rendah dari prakiraan pasar dan revisi sebelumnya di 228 ribu. Klaim Tunjangan Lanjutan hanya naik tipis 2 ribu menjadi 1,956 juta pada pekan hingga 5 Juli.
Penjualan Ritel juga mencatatkan pertumbuhan 0,6% secara bulanan pada Juni menjadi $720,1 miliar. Angka ini berbalik positif dari penurunan 0,9% di Mei dan melampaui ekspektasi 0,1%. Secara tahunan, penjualan naik 3,9% dibanding 3,3% di Mei, dengan total April-Juni meningkat 4,1% dari periode sama tahun lalu.
Meski momentum bullish mulai mereda di dekat resistance 98,70, tren Dolar tetap positif. Pasar memprakirakan The Fed akan mempertahankan suku bunga tinggi lebih lama.
Fundamental Domestik Menguat, Dampak ke Rupiah Tetap Terbatas
Dari dalam negeri, fundamental ekonomi menunjukkan perbaikan yang kuat. Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Bank Indonesia mencatat SBT triwulan II 2025 naik ke 11,70% dari 7,63% pada kuartal sebelumnya. Kenaikan ini ditopang realisasi anggaran pemerintah, tingginya aktivitas pariwisata sepanjang libur HBKN, dan ekspansi industri pengolahan dengan PMI-BI di 50,89%.
Kapasitas produksi juga meningkat ke 73,58%, menandakan permintaan yang tetap terjaga. BI memprakirakan tren positif ini berlanjut pada triwulan III dengan SBT 11,98%, didorong proyek konstruksi pemerintah-swasta dan stabilnya permintaan di sektor tambang. Namun, dampak positif fundamental ini terhadap Rupiah relatif terbatas karena pergerakan USD/IDR masih lebih ditentukan sentimen global.
Pasar Waspadai Keputusan The Fed dan Kebijakan Perdagangan AS, Batasi Rupiah
Ketidakpastian global tetap menjadi faktor penahan penguatan Rupiah. Pasar menunggu keputusan The Fed pada pertemuan 29-30 Juli di tengah perpecahan internal.
Gubernur Christopher Waller menyerukan pemotongan suku bunga ke 3% karena inflasi dari tarif dianggap hanya sementara. Sementara itu, Adriana Kugler dan John Williams menilai tekanan inflasi masih tinggi.
Dari sisi kebijakan perdagangan, Presiden Donald Trump mengumumkan tarif 50% untuk impor tembaga dan berencana menerapkan tarif baru ke lebih dari 150 negara mulai 1 Agustus. Ketidakpastian ini menjaga Dolar AS tetap kuat, sehingga Rupiah diprakirakan masih bergerak terbatas di kisaran atas 16.200-16.350 dalam waktu dekat.
Sentimen Konsumen AS Diprakirakan Meningkat, Pasar Waspadai Peluang Pergerakan Jangka Pendek
Para pelaku pasar kini juga menantikan rilis data Juli untuk Indeks Sentimen Konsumen Michigan AS Pendahuluan yang diprakirakan naik ke 61,5 dari 60,7 sebelumnya. Sementara itu, Ekspektasi Inflasi diproyeksikan turun ke 55 dari 58,1.
Data ini dinilai berpotensi memicu peluang pergerakan jangka pendek. Yohay Elam, Analis Senior FXStreet, mencatat, “Mengingat harga bensin yang stabil, ada ruang untuk memprakirakan peningkatan sentimen. Penting untuk dicatat bahwa ada korelasi longgar antara soft data seperti survei ini dan konsumsi aktual. Namun, ini adalah penggerak pasar, setidaknya dalam jangka pendek.”
Indikator Ekonomi
Indeks Sentimen Konsumen Michigan
Indeks Sentimen Konsumen Michigan, yang dirilis setiap bulan oleh University of Michigan, adalah survei yang mengukur sentimen di antara konsumen di Amerika Serikat. Pertanyaannya mencakup tiga area luas: keuangan pribadi, kondisi bisnis, dan kondisi pembelian. Data menunjukkan gambaran apakah konsumen bersedia atau tidak untuk membelanjakan uang, faktor kunci karena belanja konsumen merupakan pendorong utama ekonomi AS. Survei Universitas Michigan telah terbukti menjadi indikator akurat tentang arah masa depan ekonomi AS. Survei menerbitkan pembacaan pra-bulanan, pertengahan bulan, dan cetakan akhir di akhir bulan. Secara umum, pembacaan tinggi adalah bullish bagi Dolar AS (USD), sementara pembacaan rendah adalah bearish.
Baca lebih lanjutRilis berikutnya Jum Jul 18, 2025 14.00 (Pendahuluan)
Frekuensi: Bulanan
Konsensus: 61.5
Sebelumnya: 60.7
Sumber: University of Michigan
Kegembiraan konsumen dapat diterjemahkan ke dalam pengeluaran yang lebih besar dan pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat, menyiratkan pasar tenaga kerja yang lebih kuat dan potensi kenaikan inflasi, membantu mengubah The Fed menjadi hawkish. Popularitas survei ini di kalangan analis (disebutkan lebih sering daripada Keyakinan Konsumen CB) dibenarkan karena data di sini mencakup wawancara yang dilakukan hingga satu atau dua hari sebelum rilis resmi, menjadikannya ukuran tepat waktu dari sentimen konsumen, tetapi terutama karena mengukur sikap konsumen pada situasi keuangan dan pendapatan. Data aktual yang mengalahkan konsensus cenderung USD bullish.
Informasi mengenai halaman-halaman ini berisi pernyataan berwawasan untuk masa mendatang yang melibatkan risiko dan ketidakpastian. Pasar dan instrumen yang diprofilkan di halaman ini hanya untuk tujuan informasi dan tidak boleh dianggap sebagai rekomendasi untuk membeli atau menjual sekuritas. Anda harus melakukan riset secara menyeluruh sebelum membuat keputusan investasi apa pun. FXStreet tidak menjamin bahwa informasi ini bebas dari kesalahan, galat, atau salah saji material. Juga tidak menjamin bahwa informasi ini bersifat tepat waktu. Berinvestasi di Forex melibatkan banyak risiko, termasuk kehilangan semua atau sebagian dari investasi Anda, dan juga tekanan emosional. Semua risiko, kerugian dan biaya yang terkait dengan investasi, termasuk kerugian total pokok, merupakan tanggung jawab Anda.
Berita Terkini
Pilihan Editor
Emas Mendekati Puncak Tujuh Minggu di Atas $4.300
Emas kini melepaskan beberapa keuntungan dan mempertanyakan zona kunci $4.300 per troy ons setelah sebelumnya mencapai tertinggi multi-minggu. Pergerakan ini didorong oleh ekspektasi bahwa The Fed akan memberikan penurunan suku bunga lebih lanjut tahun depan, dengan logam kuning tersebut naik meskipun Greenback menguat dan imbal hasil obligasi Pemerintah AS meningkat secara keseluruhan.
EUR/USD Berusaha Keras untuk Temukan Arah di Tengah Kenaikan USD
EUR/USD memangkas sebagian dari kenaikan sebelumnya, mengalami sedikit tekanan turun di dekat 1,1730 saat Dolar AS naik tipis. Pasar masih mencerna keputusan suku bunga terbaru dari The Fed, sambil juga menantikan lebih banyak pernyataan dari para pejabat The Fed di sesi-sesi mendatang.
GBP/USD Menembus di Bawah 1,3400 pada Bounce USD
Data Inggris yang mengecewakan membebani Sterling menjelang akhir pekan, memicu pullback pada GBP/USD ke terendah baru harian di dekat 1,3360. Melihat ke depan, acara kunci berikutnya di seberang Selat adalah pertemuan BoE pada 18 Desember.
Prakiraan Harga Litecoin: LTC Berusaha Keras untuk Melanjutkan Kenaikan, Taruhan Bullish Berisiko
Harga Litecoin (LTC) stabil di atas $80 pada saat berita ini ditulis pada hari Jumat, setelah terjadi pembalikan dari level resistance $87 pada hari Rabu. Data derivatif menunjukkan adanya akumulasi posisi bullish sementara Open Interest kontrak berjangka LTC menurun, menandakan risiko long squeeze.
Berikut adalah yang perlu Anda ketahui pada hari Jumat, 12 Desember:
Berikut adalah yang perlu Anda ketahui pada hari Jumat, 12 Desember: