- Rupiah menguat tipis ke level 16.412/USD, mencerminkan tekanan terhadap Dolar AS di tengah pelemahan global Greenback dan penurunan Indeks Dolar AS (DXY) ke kisaran 100,60.
- Data ekonomi AS melemah, seperti IHP dan IHK yang lebih rendah dari ekspektasi, serta Klaim Tunjangan Lanjutan yang naik, memberi sinyal perlambatan ekonomi dan menekan Dolar.
- Sentimen global dan komentar The Fed turut membebani Dolar; pasar mencermati potensi penyesuaian kebijakan The Fed dan rilis data sentimen konsumen AS yang diprediksi membaik.
Nilai tukar Rupiah Indonesia (IDR) menguat tipis terhadap Dolar Amerika Serikat (USD) di tengah pelemahan Greenback secara global. Dalam sesi perdagangan empat jam terakhir, pasangan USD/IDR diperdagangkan di level 16.412, turun sebesar 2,70 poin atau 0,02%. Para penjual tampak mendorong pasangan ini menuju level support kuat di kisaran 16.400, menandakan potensi kelanjutan penguatan Rupiah jika tekanan terhadap Dolar AS berlanjut. Pelemahan Dolar tercermin dari turunnya Indeks Dolar AS (DXY) ke kisaran 100,60, di tengah rilis data ekonomi AS yang memberikan sinyal perlambatan pertumbuhan.
Data Ekonomi AS Jadi Pemicu Melemahnya Dolar
Pelemahan Dolar AS didorong oleh rilis data ekonomi terbaru yang menunjukkan tanda-tanda pelonggaran tekanan inflasi. Indeks Harga Produsen (IHP) AS pada April naik 2,4% pada basis tahunan, lebih rendah dari ekspektasi pasar sebesar 2,5% dan turun dari 2,7% pada bulan Maret. Pada basis bulanan, IHP utama turun 0,5%, sedangkan IHP inti, yang mengecualikan makanan dan energi, turun 0,4%.
Rilis data Penjualan Ritel terbaru yang menunjukkan pelemahan signifikan pada April juga telah melemahkan USD. Penjualan Ritel, indikator utama belanja konsumen yang mencerminkan kekuatan ekonomi domestik, hanya mencatatkan kenaikan tipis sebesar 0,1%. Angka ini jauh lebih rendah dibandingkan lonjakan 1,5% yang tercatat pada bulan Maret.
Sementara itu, Indeks Harga Konsumen (IHK) AS mencatat kenaikan tahunan sebesar 2,3% pada April, juga di bawah ekspektasi dan angka bulan sebelumnya. Inflasi inti tetap di 2,8%. Klaim Tunjangan Pengangguran awal tercatat tetap dengan jumlah 229.000, namun Klaim Tunjangan Lanjutan naik menjadi 1,881 juta, mengindikasikan tekanan di pasar tenaga kerja AS.
Faktor Global: Tiongkok, The Fed, dan Sentimen Risiko
Dari sisi geopolitik, Presiden AS Donald Trump menyatakan kesiapannya untuk bernegosiasi langsung dengan Presiden Tiongkok Xi Jinping demi memperluas akses pasar, menciptakan sentimen positif di pasar global dan meningkatkan minat terhadap aset-aset berisiko. Hal ini membuat Dolar AS tertekan lebih lanjut sebagai mata uang safe haven.
Selain itu, pernyataan dari Ketua Federal Reserve (The Fed), Jerome Powell, pada hari Kamis juga menjadi perhatian pasar. Powell mengakui bahwa kerangka kebijakan The Fed mungkin memerlukan penyesuaian sebagai respons terhadap guncangan pasokan yang lebih sering. "Kerangka ini perlu kuat untuk banyak keadaan, termasuk dunia di mana guncangan pasokan mungkin lebih sering dan persisten," ujar Powell, seperti yang dikutip Reuters. Meski begitu, ia menegaskan bahwa fokus utama The Fed dalam menjaga ekspektasi inflasi yang terukur tetap tidak berubah. Pernyataan ini memberi sinyal bahwa bank sentral bisa lebih fleksibel ke depan, namun tetap berhati-hati dalam menjaga stabilitas harga.
Indeks Sentimen Konsumen dari Universitas Michigan akan Dicermati
Menjelang akhir pekan, perhatian pelaku pasar tertuju pada sejumlah rilis data ekonomi AS yang dijadwalkan pada hari Jumat, seperti angka Izin Mendirikan Bangunan, data Pembangunan Perumahan Baru, serta pembacaan pendahuluan Indeks Sentimen Konsumen dari Universitas Michigan.
Indeks Sentimen Konsumen untuk bulan Mei ini diprakirakan akan mengalami peningkatan, dengan proyeksi berada di angka 53,4. Angka ini lebih tinggi dibandingkan dengan data bulan sebelumnya yang tercatat di 52,2.
Kenaikan ini mencerminkan optimisme konsumen AS terhadap kondisi ekonomi dan prospek jangka pendek. Namun, pasar tetap menanti rilis resmi untuk mengukur dampaknya terhadap kebijakan moneter dan pergerakan pasar.
Rupiah dan Arah Pergerakan Selanjutnya
Penguatan Rupiah terhadap Dolar AS mencerminkan respons pasar terhadap kombinasi data ekonomi global, kebijakan moneter, dan geopolitik. Jika tren pelemahan Dolar berlanjut dan level support 16.400 berhasil ditembus, Rupiah berpotensi menguat lebih lanjut dalam jangka pendek. Namun demikian, arah kebijakan suku bunga Federal Reserve dan stabilitas ekonomi domestik akan tetap menjadi faktor penentu utama dalam menentukan kelanjutan tren ini. Investor disarankan untuk terus mencermati sinyal dari The Fed dan perkembangan global yang dapat memicu volatilitas di pasar valuta asing.
Indikator Ekonomi
Indeks Ekspektasi Konsumen Michigan
Pengukur Ekspektasi Inflasi dari Universitas Michigan mengukur seberapa besar konsumen mengantisipasi perubahan harga selama 12 bulan mendatang. Pengukur ini dirilis dalam dua tahap—rilis pendahuluan yang cenderung memberikan dampak yang lebih besar, diikuti oleh pembaruan yang direvisi dua minggu kemudian.
Baca lebih lanjutRilis berikutnya Jum Mei 16, 2025 14.00 (Pendahuluan)
Frekuensi: Bulanan
Konsensus: 48
Sebelumnya: 47.3
Sumber: University of Michigan
Informasi mengenai halaman-halaman ini berisi pernyataan berwawasan untuk masa mendatang yang melibatkan risiko dan ketidakpastian. Pasar dan instrumen yang diprofilkan di halaman ini hanya untuk tujuan informasi dan tidak boleh dianggap sebagai rekomendasi untuk membeli atau menjual sekuritas. Anda harus melakukan riset secara menyeluruh sebelum membuat keputusan investasi apa pun. FXStreet tidak menjamin bahwa informasi ini bebas dari kesalahan, galat, atau salah saji material. Juga tidak menjamin bahwa informasi ini bersifat tepat waktu. Berinvestasi di Forex melibatkan banyak risiko, termasuk kehilangan semua atau sebagian dari investasi Anda, dan juga tekanan emosional. Semua risiko, kerugian dan biaya yang terkait dengan investasi, termasuk kerugian total pokok, merupakan tanggung jawab Anda.
Berita Terkini
Pilihan Editor
Emas Mendekati Puncak Tujuh Minggu di Atas $4.300
Emas kini melepaskan beberapa keuntungan dan mempertanyakan zona kunci $4.300 per troy ons setelah sebelumnya mencapai tertinggi multi-minggu. Pergerakan ini didorong oleh ekspektasi bahwa The Fed akan memberikan penurunan suku bunga lebih lanjut tahun depan, dengan logam kuning tersebut naik meskipun Greenback menguat dan imbal hasil obligasi Pemerintah AS meningkat secara keseluruhan.
EUR/USD Berusaha Keras untuk Temukan Arah di Tengah Kenaikan USD
EUR/USD memangkas sebagian dari kenaikan sebelumnya, mengalami sedikit tekanan turun di dekat 1,1730 saat Dolar AS naik tipis. Pasar masih mencerna keputusan suku bunga terbaru dari The Fed, sambil juga menantikan lebih banyak pernyataan dari para pejabat The Fed di sesi-sesi mendatang.
GBP/USD Menembus di Bawah 1,3400 pada Bounce USD
Data Inggris yang mengecewakan membebani Sterling menjelang akhir pekan, memicu pullback pada GBP/USD ke terendah baru harian di dekat 1,3360. Melihat ke depan, acara kunci berikutnya di seberang Selat adalah pertemuan BoE pada 18 Desember.
Prakiraan Harga Litecoin: LTC Berusaha Keras untuk Melanjutkan Kenaikan, Taruhan Bullish Berisiko
Harga Litecoin (LTC) stabil di atas $80 pada saat berita ini ditulis pada hari Jumat, setelah terjadi pembalikan dari level resistance $87 pada hari Rabu. Data derivatif menunjukkan adanya akumulasi posisi bullish sementara Open Interest kontrak berjangka LTC menurun, menandakan risiko long squeeze.
Berikut adalah yang perlu Anda ketahui pada hari Jumat, 12 Desember:
Berikut adalah yang perlu Anda ketahui pada hari Jumat, 12 Desember: