Tekanan Saham BBNI Meningkat, Penembusan Neckline Pola Double Top Picu Risiko Koreksi Lebih Dalam


  • Saham BBNI melemah 1,22% ke Rp4.060, melanjutkan tren turun sepekan terakhir dan menembus neckline pola teknis double top.
  • BNI fokus genjot dana murah dan digitalisasi, dengan pertumbuhan tabungan 10,2% YoY per Maret 2025 di tengah tekanan margin industri.
  • Harga menembus support Rp4.280, membuka potensi koreksi lanjutan ke Rp3.610 jika penutupan harian di bawah Rp4.000.

Saham PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI), emiten perbankan yang masuk dalam daftar Global 2000 Forbes 2025, kembali berada di bawah tekanan. Pada pertengahan sesi dua hari ini, saham BBNI tercatat melemah 1,22% ke level Rp4.060, melanjutkan tren penurunan dalam sepekan terakhir. Pelemahan ini kian diperjelas dengan munculnya potensi pola teknis double top usai rally dari April hingga Mei 2025, yang mengindikasikan risiko koreksi lebih lanjut.

Di tengah tekanan tersebut, BNI tetap fokus pada penguatan fundamental perusahaan melalui strategi digitalisasi dan peningkatan dana murah. Hingga Maret 2025, dana murah tumbuh 10,2% YoY menjadi Rp258 triliun. Pertumbuhan ini didorong oleh penguatan platform digital seperti Wondr by BNI untuk ritel dan BNIdirect untuk segmen wholesale. Digitalisasi juga berkontribusi pada efisiensi operasional dan peningkatan pendapatan non-bunga.

Strategi ini menjadi respons atas penurunan Net Interest Margin (NIM) industri perbankan ke 4,45% per April 2025 akibat ketatnya likuiditas dan persaingan dana. Transmisi ke suku bunga dana dan kredit belum optimal, walaupun BI mulai menurunkan suku bunga. Dengan strategi efisiensi, digitalisasi, dan penguatan dana murah, BNI berharap dapat menjaga margin dan memperkuat fondasi pertumbuhan yang berkelanjutan.

Grafik Harian Saham BBNI

Grafik Harian Saham BBNI

 

Tekanan jual yang meningkat membuat harga menembus level support penting di Rp4.280, yang berfungsi sebagai neckline formasi double top — pola teknis yang mengindikasikan potensi pembalikan arah ke tren menurun.

Pola double top ini terbentuk setelah saham BBNI gagal menembus area resistance kuat di kisaran Rp4.600 dua kali berturut-turut sepanjang Mei hingga awal Juni. Penurunan tajam yang terjadi dalam enam hari terakhir memperkuat sinyal bearish, apalagi harga kini berada di bawah Simple Moving Average (SMA) 50 hari. Selain itu, indikator Relative Strength Index (RSI) berada di 33,45, masih sedikit di atas zona jenuh jual (oversold), menandakan bahwa tekanan jual bisa berlanjut, meskipun ruang penurunan mulai terbatas.

Jika terjadi penutupan harian di bawah Rp4.000, maka pola yang disebutkan akan terkonfirmasi dan penurunan berpeluang bergerak menuju area support berikutnya di Rp3.610, level terendah 8 April lalu. Dengan latar belakang fundamental sektor perbankan yang menghadapi tantangan NIM dan ketatnya likuiditas, sentimen teknis negatif ini semakin menguatkan risiko penurunan.

Kegagalan harga untuk menutup di bawah Rp4.000 dapat membatalkan validasi pola double top dan membuka peluang rebound ke area resistance di sekitar Rp4.280.

 

Bagikan: Pasokan berita

Informasi mengenai halaman-halaman ini berisi pernyataan berwawasan untuk masa mendatang yang melibatkan risiko dan ketidakpastian. Pasar dan instrumen yang diprofilkan di halaman ini hanya untuk tujuan informasi dan tidak boleh dianggap sebagai rekomendasi untuk membeli atau menjual sekuritas. Anda harus melakukan riset secara menyeluruh sebelum membuat keputusan investasi apa pun. FXStreet tidak menjamin bahwa informasi ini bebas dari kesalahan, galat, atau salah saji material. Juga tidak menjamin bahwa informasi ini bersifat tepat waktu. Berinvestasi di Forex melibatkan banyak risiko, termasuk kehilangan semua atau sebagian dari investasi Anda, dan juga tekanan emosional. Semua risiko, kerugian dan biaya yang terkait dengan investasi, termasuk kerugian total pokok, merupakan tanggung jawab Anda.

Ikuti kami di Telegram

Dapatkan pembaruan semua berita

Gabung Telegram

Berita Terkini


Berita Terkini

Pilihan Editor

USD/JPY Melemah di Bawah 155,00 seiring Meningkatnya Spekulasi Kenaikan Suku Bunga BoJ

USD/JPY Melemah di Bawah 155,00 seiring Meningkatnya Spekulasi Kenaikan Suku Bunga BoJ

Pasangan mata uang USD/JPY menarik beberapa penjual di dekat 154,80 selama awal perdagangan sesi Asia pada hari Rabu. Yen Jepang (JPY) menguat terhadap Dolar AS (USD) di tengah spekulasi yang berkembang bahwa Bank of Japan (BoJ) akan menaikkan suku bunga menjadi 0,75% pada hari Jumat. 

GBP/USD Menguat di Atas 1,3400 di Tengah Optimisme PMI Inggris

GBP/USD Menguat di Atas 1,3400 di Tengah Optimisme PMI Inggris

Pasangan mata uang GBP/USD mendapatkan momentum ke sekitar 1,3425 selama awal perdagangan sesi Asia pada hari Rabu. Pound Sterling (GBP) menguat terhadap Greenback berkat data pendahuluan Indeks Manajer Pembelian (Purchasing Managers Index/PMI) S&P Global Inggris yang optimis.

Prakiraan Harga Emas: XAU/USD Melanjutkan Fase Konsolidasi di Sekitar $4.300

Prakiraan Harga Emas: XAU/USD Melanjutkan Fase Konsolidasi di Sekitar $4.300

Harga Emas melanjutkan fase konsolidatifnya pada hari Selasa, dengan logam mulia ini bertahan di atas level $4.300, tetapi tidak mampu melewati puncak mingguan $4.350.

Top Gainers Kripto: SPX6900, Pi Network, Filecoin – Pemulihan Mendadak Meningkatkan Semangat Bullish

Top Gainers Kripto: SPX6900, Pi Network, Filecoin – Pemulihan Mendadak Meningkatkan Semangat Bullish

SPX6900, Jaringan Pi, dan Filecoin muncul sebagai pemenang teratas dalam 24 jam terakhir saat pasar mata uang kripto (cryptocurrency) yang lebih luas tetap berada di bawah tekanan bearish. Rebound mendadak pada SPX, PI, dan FIL menunjukkan kemungkinan rally, karena indikator Moving Average Convergence Divergence pada grafik 4-jam memberikan sinyal beli.

Berikut adalah yang perlu Anda ketahui pada hari Rabu, 17 Desember:

Berikut adalah yang perlu Anda ketahui pada hari Rabu, 17 Desember:

Indeks Dolar AS (DXY) anjlok di bawah 98,00 pada hari Selasa, mencapai level terendahnya sejak pertengahan Oktober. Greenback menghadapi tekanan jual yang intens menyusul laporan ketenagakerjaan yang tertunda yang mengungkapkan pelemahan signifikan di pasar tenaga kerja AS, mengesampingkan data aktivitas ekonomi yang lemah dari Eropa.

MATA UANG UTAMA

INDIKATOR EKONOMI

ANALISA