IHSG Meraih Tertinggi Baru Sepanjang Masa di Atas 7.950, Level 8.000 di Depan Mata


  • IHSG meraih rekor tertinggi baru setelah naik empat hari berturut-turut.
  • Sentimen positif masih menjadi pendorong indeks di tengah kosongnya data ekonomi Indonesia.
  • Emas Antam sedikit naik, belum pulihkan seluruh penurunan pekan ini.

IHSG bergerak di area 7.936,96 yang 0,56% lebih tinggi dari penutupan hari kemarin pada saat berita ini ditulis. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Indonesia dibuka dengan gap atas di 7.909,01 dan naik ke tertinggi baru sepanjang masa di 7.955,95 pada sesi pertama hari. Indeks naik untuk empat hari perdagangan berturut-turut di balik dorongan sentimen positif dari luar dan dalam negeri.

Indeks-indeks saham Indonesia berada di lautan hijau, meskipun kurang dari 1%. Indeks INFOBANK15 menjadi pengecualian, yang turun setelah membuka hari dan merah untuk dua hari berturut-turut sejauh ini. BTPS (-1,33%) yang mengalami penurunan terbesar dalam indeks ini dan diimbangi oleh ARTO (+2,31%), BDNM (+1,57%), dan BBTN (+1,5%).

Di tengah kosongnya rilis data ekonomi Indonesia, kenaikan IHSG didorong oleh sentimen positif dari luar negeri sejak awal minggu. Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, memperpanjang gencatan senjata perdagangan tambahan selama 90 hari lagi dengan Tiongkok untuk memberikan kedua negara waktu untuk melakukan perundingan perdagangan. Perpanjangan tersebut menghindarkan keduanya dari menerapkan tarif tinggi satu sama lain di detik-detik akhir, sedikit meredam kekhawatiran pasar.

Sentimen positif lainnya berasal dari rencana Presiden AS, Donald Trump, yang akan bertemu dengan Presiden Rusia, Vladimir Putin, pada hari Jumat di Alaska untuk melakukan perundingan untuk mengakhir perang di Ukraina. Namun demikian, Trump menyebut akan ada konsekuensi jika Rusia tidak mengakhiri perang.

Dari dalam negeri, sentimen positif berasal dari data statistik. Pada Kuartal 2 2025, Ekonomi Indonesia tumbuh 5,12%, Konsumsi Rumah Tangga tumbuh 4,97%, Ekspor dan Impor keduanya tumbuh masing-masing 10,7% dan 11,7% Tahun-ke-Tahun.

Imbal hasil obligasi Pemerintah Indonesia bertenor 10 tahun berada di 6,425%, dekat terendah 2025 di 6,405% yang diraih pada awal pekan ini. Sejak saat itu, imbal hasil tidak menunjukkan pergerakan yang signifikan. Kinerja tersebut mengindikasikan bahwa permintaan dan penawaran obligasi seimbang atau kurang diminati di tengah sentimen positif karena para investor lebih memilih aset-aset yang lebih berisiko yang berpotensi memberikan imbal hasil lebih tinggi.

Emas Antam Naik ke Rp1.933.000 Belum Bisa Pulihkan Penurunan Pekan ini

Emas Antam dengan berat 1 gram dijual di harga Rp1.933.000 seperti dicantumkan dalam situs Logam Mulia. Emas Antam sedikit naik dari penurunan ke Rp1.917.000 pada hari kemarin. Meskipun demikian, logam mulia ini belum mampu memulihkan seluruh penurunan minggu ini. Di awal minggu, Emas Antam dengan berat yang sama dijual di harga Rp1.945.000.

Kenaikan Emas Antam ini mengekor harga Emas dunia (XAU/USD) yang naik 0,23% pada hari kemarin untuk ditutup di $3.356 per troy ons pada hari kemarin. Selain itu, XAU/USD melanjutkan kenaikan ke $3.374 pada saat berita ini ditulis pada awal perdagangan sesi Asia.

Pergerakan Emas akan dipengaruhi oleh rilis data Indeks Harga Produsen (IHP) dan Klaim Tunjangan Pengangguran AS pada hari ini. Kedua data ini akan diamati untuk mengukur keputusan suku bunga di bulan September. Data yang lemah akan semakin memperkuat prakiraan penurunan suku bunga The Fed. Menurut alat FedWatch CME, pasar menilai kemungkinan 94% bahwa bank sentral AS akan menurunkan suku bunga pada bulan Setepmber. Hasil tersebut akan melemahkan Dolar AS dan pada akhirnya membuka peluang bagi harga Emas untuk menguat.

Grafik Harian IHSG – Analisis Teknis

IHSG

IHSG memasuki area yang belum dijelahi sebelumnya setelah meraih tertinggi baru sepanjang masa 7.955,95 sebelumnya hari ini. Kenaikan hari ini memperjelas tren naik indeks yang ditopang oleh Simple Moving Average (SMA) 200-hari, saat ini di 7.058, yang mulai miring ke atas. Lonjakan juga terjadi setelah indeks keluar dari kisaran sideways yang berlangsung sejak 24 Juli 2025.

Tertinggi baru sepanjang masa ini juga menjadi higher high baru dari struktur higher highs dan higher lows yang terbentuk dari 5.882,60, terendah 2025 yang diraih pada 8 April.

Namun demikian, indikator Relative Strengh Index (RSI) 14-hari memberikan tanda peringatan karena berada di 79,18 yang mengindikasikan zona jenuh beli. Kondisi ini mengindikaskan pullback di depan, meskipun indeks mengabaikan peringatan ini selama tiga hari terakhir.

Target sisi atas IHSG adalah level-level angka bulat seperti 8.000, 8.100, dan 8.200. Sementara dalam kasus pullback, penurunan indeks bisa dibatasi oleh 7.910,55 (tertinggi sepanjang masa sebelumnya), 7.805,91 (tertinggi 23 Oktober 2024), dan 7.565,78 (tertinggi 29 Juli 2025, ujung atas kisaran sideways).

Pertanyaan Umum Seputar Emas

Emas telah memainkan peran penting dalam sejarah manusia karena telah banyak digunakan sebagai penyimpan nilai dan alat tukar. Saat ini, selain kilaunya dan kegunaannya sebagai perhiasan, logam mulia tersebut secara luas dipandang sebagai aset safe haven, yang berarti bahwa emas dianggap sebagai investasi yang baik selama masa-masa sulit. Emas juga secara luas dipandang sebagai lindung nilai terhadap inflasi dan terhadap mata uang yang terdepresiasi karena tidak bergantung pada penerbit atau pemerintah tertentu.

Bank-bank sentral merupakan pemegang Emas terbesar. Dalam upaya mereka untuk mendukung mata uang mereka di masa sulit, bank sentral cenderung mendiversifikasi cadangan mereka dan membeli Emas untuk meningkatkan kekuatan ekonomi dan mata uang yang dirasakan. Cadangan Emas yang tinggi dapat menjadi sumber kepercayaan bagi solvabilitas suatu negara. Bank sentral menambahkan 1.136 ton Emas senilai sekitar $70 miliar ke cadangan mereka pada tahun 2022, menurut data dari World Gold Council. Ini merupakan pembelian tahunan tertinggi sejak pencatatan dimulai. Bank sentral dari negara-negara berkembang seperti Tiongkok, India, dan Turki dengan cepat meningkatkan cadangan Emasnya.

Emas memiliki korelasi terbalik dengan Dolar AS dan Obligasi Pemerintah AS, yang keduanya merupakan aset cadangan utama dan aset safe haven. Ketika Dolar terdepresiasi, Emas cenderung naik, yang memungkinkan para investor dan bank sentral untuk mendiversifikasi aset-aset mereka di masa sulit. Emas juga berkorelasi terbalik dengan aset-aset berisiko. Rally di pasar saham cenderung melemahkan harga Emas, sementara aksi jual di pasar yang lebih berisiko cenderung menguntungkan logam mulia ini.

Harga dapat bergerak karena berbagai faktor. Ketidakstabilan geopolitik atau ketakutan akan resesi yang parah dapat dengan cepat membuat harga Emas meningkat karena statusnya sebagai aset safe haven. Sebagai aset tanpa imbal hasil, Emas cenderung naik dengan suku bunga yang lebih rendah, sementara biaya uang yang lebih tinggi biasanya membebani logam kuning tersebut. Namun, sebagian besar pergerakan bergantung pada perilaku Dolar AS (USD) karena aset tersebut dihargakan dalam dolar (XAU/USD). Dolar yang kuat cenderung menjaga harga Emas tetap terkendali, sedangkan Dolar yang lebih lemah cenderung mendorong harga Emas naik.

Bagikan: Pasokan berita

Informasi mengenai halaman-halaman ini berisi pernyataan berwawasan untuk masa mendatang yang melibatkan risiko dan ketidakpastian. Pasar dan instrumen yang diprofilkan di halaman ini hanya untuk tujuan informasi dan tidak boleh dianggap sebagai rekomendasi untuk membeli atau menjual sekuritas. Anda harus melakukan riset secara menyeluruh sebelum membuat keputusan investasi apa pun. FXStreet tidak menjamin bahwa informasi ini bebas dari kesalahan, galat, atau salah saji material. Juga tidak menjamin bahwa informasi ini bersifat tepat waktu. Berinvestasi di Forex melibatkan banyak risiko, termasuk kehilangan semua atau sebagian dari investasi Anda, dan juga tekanan emosional. Semua risiko, kerugian dan biaya yang terkait dengan investasi, termasuk kerugian total pokok, merupakan tanggung jawab Anda.

Ikuti kami di Telegram

Dapatkan pembaruan semua berita

Gabung Telegram

Berita Terkini


Berita Terkini

Pilihan Editor

Emas Mendekati Puncak Tujuh Minggu di Atas $4.300

Emas Mendekati Puncak Tujuh Minggu di Atas $4.300

Emas kini melepaskan beberapa keuntungan dan mempertanyakan zona kunci $4.300 per troy ons setelah sebelumnya mencapai tertinggi multi-minggu. Pergerakan ini didorong oleh ekspektasi bahwa The Fed akan memberikan penurunan suku bunga lebih lanjut tahun depan, dengan logam kuning tersebut naik meskipun Greenback menguat dan imbal hasil obligasi Pemerintah AS meningkat secara keseluruhan.

EUR/USD Berusaha Keras untuk Temukan Arah di Tengah Kenaikan USD

EUR/USD Berusaha Keras untuk Temukan Arah di Tengah Kenaikan USD

EUR/USD memangkas sebagian dari kenaikan sebelumnya, mengalami sedikit tekanan turun di dekat 1,1730 saat Dolar AS naik tipis. Pasar masih mencerna keputusan suku bunga terbaru dari The Fed, sambil juga menantikan lebih banyak pernyataan dari para pejabat The Fed di sesi-sesi mendatang.

GBP/USD Menembus di Bawah 1,3400 pada Bounce USD

GBP/USD Menembus di Bawah 1,3400 pada Bounce USD

Data Inggris yang mengecewakan membebani Sterling menjelang akhir pekan, memicu pullback pada GBP/USD ke terendah baru harian di dekat 1,3360. Melihat ke depan, acara kunci berikutnya di seberang Selat adalah pertemuan BoE pada 18 Desember.

Prakiraan Harga Litecoin: LTC Berusaha Keras untuk Melanjutkan Kenaikan, Taruhan Bullish Berisiko

Prakiraan Harga Litecoin: LTC Berusaha Keras untuk Melanjutkan Kenaikan, Taruhan Bullish Berisiko

Harga Litecoin (LTC) stabil di atas $80 pada saat berita ini ditulis pada hari Jumat, setelah terjadi pembalikan dari level resistance $87 pada hari Rabu. Data derivatif menunjukkan adanya akumulasi posisi bullish sementara Open Interest kontrak berjangka LTC menurun, menandakan risiko long squeeze.

Berikut adalah yang perlu Anda ketahui pada hari Jumat, 12 Desember:

Berikut adalah yang perlu Anda ketahui pada hari Jumat, 12 Desember:

Berikut adalah yang perlu Anda ketahui pada hari Jumat, 12 Desember:

MATA UANG UTAMA

INDIKATOR EKONOMI

ANALISA