- USD/INR turun ke level terendah dua minggu di tengah lemahnya Dolar AS secara luas dan tingginya permintaan Rupee.
- Rupee didukung oleh arus masuk FII, kenaikan pasar ekuitas, dan penurunan harga Minyak Mentah.
- DXY bertahan di dekat level terendah tiga tahun karena kritik Trump terhadap The Fed dan data PDB AS yang lemah memicu spekulasi penurunan suku bunga.
Rupee India (INR) menguat lebih lanjut pada hari Jumat, mengikuti lemahnya Dolar AS (USD), saat Greenback semakin merosot di tengah kebisingan politik dan data ekonomi yang lemah. Kritik baru Presiden AS, Donald Trump, terhadap Ketua Federal Reserve (The Fed), Jerome Powell, dipadukan dengan data Produk Domestik Bruto (PDB) AS Kuartal 1 yang lebih lemah dari yang diprakirakan yang dirilis pada hari Kamis, sangat membebani Greenback. Akibatnya, Indeks Dolar AS (DXY) tetap tertekan di dekat level terendah tiga tahun, meningkatkan permintaan mata uang pasar negara berkembang seperti Rupee.
USD/INR tetap berada di bawah tekanan, diperdagangkan di dekat level terendah dua minggu di sekitar 85,50 selama perdagangan sesi Amerika. Indeks Dolar AS (DXY) bertahan di atas 97,00 setelah Indeks Harga Belanja Konsumsi Pribadi (Personal Consumption Expenditure/PCE) Inti bulan Mei muncul lebih kuat dari yang diprakirakan. Meskipun datanya kuat, kekhawatiran yang lebih luas pada kebijakan fiskal AS dan tekanan politik pada The Fed terus membatasi kenaikan, menjaga DXY tetap tertekan di dekat level terendah tiga tahun.
Kritik tajam Presiden Trump terhadap Ketua The Fed, Powell, telah memicu keraguan baru terhadap independensi bank sentral, mendorong para pedagang untuk meningkatkan spekulasi penurunan suku bunga. Ada pembicaraan yang berkembang bahwa Trump bisa mencoba mempengaruhi kebijakan melalui seorang "ketua bayangan"—seorang figur tidak resmi yang bertujuan untuk mempengaruhi arah kebijakan The Fed hingga masa jabatan Jerome Powell berakhir pada Mei 2026.
Pasar cepat bereaksi, dengan para pedagang pada hari Kamis meningkatkan taruhan pada penurunan suku bunga. Menurut data CME Group, probabilitas tiga penurunan suku bunga tahun ini telah meningkat menjadi sekitar 60%, naik dari hanya dua penurunan yang diprakirakan sebelumnya dalam minggu ini.
Penggerak Pasar: Rupee Menguat di Tengah Lemahnya Dolar AS, Harga Minyak yang Mereda, dan Arus Masuk FII
- Rupee India menunjukkan pemulihan yang kuat setelah gencatan senjata antara Iran dan Israel. Pada hari Jumat, Rupee menguat sebesar 23 paise ke 85,49 terhadap Dolar AS, didukung oleh arus masuk investor institusi asing (foreign institutional investor/FII) yang kuat dan sentimen risk-on di pasar ekuitas domestik. Rupee telah menguat 1,3% dalam seminggu, kinerja terbaiknya dalam dua setengah tahun.
- Di sektor Ekuitas, indeks ekuitas India ditutup lebih tinggi untuk empat sesi berturut-turut pada hari Jumat, dengan Nifty50 ditutup di 25.637—level tertinggi sejak September 2024—dipimpin oleh pembelian yang luas kecuali di sektor TI dan real estate. Sensex naik 303 poin untuk ditutup di 84.058.
- Harga Minyak Mentah yang lebih rendah juga membantu pemulihan Rupee dengan menurunkan biaya impor dan meredakan defisit perdagangan, terutama setelah gencatan senjata Iran-Israel meredakan ketegangan geopolitik. Baik WTI maupun Brent Crude telah turun sekitar 12% minggu ini, dengan WTI diperdagangkan di dekat $65,20 dan Brent di sekitar $67,05 pada saat berita ini ditulis.
- Menurut data yang dirilis oleh Reserve Bank of India (RBI) pada hari Jumat, India mencatat surplus neraca transaksi berjalan sebesar USD 13,5 miliar, atau 1,3% dari PDB, pada kuartal Januari–Maret TF 2024–25. Ini menandai perbaikan tajam dari surplus sebesar USD 4,6 miliar pada periode yang sama tahun lalu, yang terutama didorong oleh ekspor jasa yang kuat dan peningkatan arus masuk remitansi. Namun, pada basis tahunan, neraca berjalan tetap defisit sebesar USD 23,3 miliar, setara dengan 0,6% dari PDB, catat RBI dalam laporannya Neraca Pembayaran India selama Kuartal 4 2024–25.
- Ketika posisi neraca transaksi berjalan menunjukkan perbaikan di kuartal Maret, utang luar negeri India meningkat secara signifikan selama periode yang sama. Total utang luar negeri negara ini meningkat sebesar 10% menjadi USD 736,3 miliar per Maret 2025, naik dari USD 668,8 miliar tahun sebelumnya. Sebagai bagian dari PDB, utang luar negeri naik menjadi 19,1% dari 18,5% pada akhir tahun keuangan sebelumnya.
- Negosiasi perdagangan antara India dan AS dilaporkan terhenti karena perbedaan pendapat mengenai bea impor untuk suku cadang mobil, baja, dan produk-produk pertanian, kata para pejabat India yang memiliki pengetahuan langsung. Kemunduran ini meredupkan harapan untuk mencapai kesepakatan sebelum tenggat waktu 9 Juli yang ditetapkan Presiden Trump untuk menerapkan tarif timbal balik. Ketika pada pejabat AS telah berulang kali menyatakan bahwa mereka hampir menyelesaikan perjanjian perdagangan dengan India, belum ada pengumuman resmi yang dibuat sejauh ini, menjaga pasar dalam mode tunggu dan lihat.
- Presiden AS, Donald Trump, mungkin akan memperpanjang tenggat waktu yang akan datang untuk menerapkan tarif lebih tinggi pada impor dari beberapa negara, kata Gedung Putih pada hari Kamis. Tarif yang awalnya dijadwalkan mulai berlaku pada 8 dan 9 Juli, kini tidak lagi dianggap tetap. Juru Bicara Gedung Putih, Karoline Leavitt, mengatakan kepada wartawan bahwa tanggal tersebut "tidak kritis" dan bahwa meskipun perpanjangan mungkin terjadi, keputusan akhir akan dibuat oleh Presiden.
- Rancangan anggaran besar Presiden Trump sedang menuju ujian utama di Senat, dengan pemungutan suara diprakirakan dimulai paling cepat pada hari Jumat. Tantangan ini muncul setelah parlementarian Senat memutuskan bahwa perubahan Medicaid yang diusulkan dalam rancangan tersebut tidak memenuhi kriteria untuk proses anggaran cepat yang digunakan oleh Partai Republik. Presiden Trump sangat mendorong persetujuan Senat atas paket anggarannya yang besar sebelum tenggat waktu 4 Juli. Tenggat waktu ini tidak mengikat secara hukum, tetapi merupakan tujuan politik yang ditetapkan oleh Presiden Trump.
- Indeks Harga Belanja Konsumsi Pribadi (Personal Consumption Expenditure/PCE) AS bulan Mei naik 0,1% MoM, sesuai dengan pembacaan bulan April dan ekspektasi pasar. Namun, PCE Inti—pengukur inflasi yang lebih disukai The Fed—sedikit meningkat, naik 0,2% pada bulan tersebut, di atas 0,1% yang terlihat dalam dua bulan sebelumnya dan lebih baik dari prakiraan. Pada basis tahunan, PCE umum mempercepat laju ke 2,3% dari 2,2% yang direvisi lebih tinggi, sementara inflasi inti naik ke 2,7% dari 2,6%, juga mengalahkan estimasi.
- Sementara itu, pendapatan pribadi turun 0,4% menjadi $25,698 triliun, setelah kenaikan yang direvisi lebih rendah sebesar 0,7% pada bulan sebelumnya. Data ini jauh di bawah prakiraan pasar, yang memprakirakan penurunan yang lebih kecil sebesar 0,3%, menandakan potensi pendinginan dalam momentum belanja dan pendapatan rumah tangga.
- Greenback tetap berada di bawah tekanan berat setelah kritik terbaru Trump terhadap The Fed, bersamaan dengan meningkatnya kekhawatiran terhadap prospek perdagangan dan fiskal AS. Indeks Dolar AS (DXY) telah turun lebih dari 10% tahun berjalan dan berada di jalur untuk penurunan semester pertama yang paling tajam sejak awal era mata uang mengambang bebas pada awal 1970-an.
Analisis Teknis: USD/INR Menembus Rising Wedge, Mengincar Pullback yang Lebih Dalam
Pasangan mata uang USD/INR telah secara tegas menembus di bawah batas bawah pola ascending channel yang telah dihormati sejak awal Mei, mengindikasikan bahwa para penjual memiliki kendali. Pasangan mata uang ini saat ini diperdagangkan di sekitar 85,48, meluncur di bawah Exponential Moving Average (EMA) 21-hari di 85,84—sebuah sinyal teknis bearish.
Penembusan di bawah support psikologis di 86,00 telah membuka peluang untuk menguji support horizontal berikutnya di dekat 85,00, yang ditandai oleh level-level konsolidasi sebelumnya. Penutupan harian yang kuat di bawah level saat ini di 85,50 dapat mempercepat momentum penurunan menuju 85,00 dan mungkin 84,50 dalam sesi-sesi mendatang.
Relative Strength Index (RSI) telah turun ke 44,88 dan terus menurun. Ini mengonfirmasi memudarnya momentum bullish dan menunjukkan kemungkinan penurunan lebih lanjut kecuali para pembeli merebut kembali zona 85,85–86,00.
Pertanyaan Umum Seputar RBI
Peran Bank Sentral India (RBI), dalam kata-katanya sendiri, adalah "...untuk menjaga stabilitas harga sambil tetap mengingat tujuan pertumbuhan." Ini melibatkan menjaga tingkat inflasi pada tingkat stabil 4% terutama dengan menggunakan instrumen suku bunga. RBI juga menjaga nilai tukar pada tingkat yang tidak akan menyebabkan volatilitas berlebih dan masalah bagi eksportir dan importir, karena ekonomi India sangat bergantung pada perdagangan luar negeri, terutama Minyak.
RBI secara resmi mengadakan enam kali pertemuan dua bulanan dalam setahun untuk membahas kebijakan moneternya dan, jika perlu, menyesuaikan suku bunga. Ketika inflasi terlalu tinggi (di atas target 4%), RBI biasanya akan menaikkan suku bunga untuk mencegah peminjaman dan pengeluaran, yang dapat mendukung Rupee (INR). Jika inflasi turun terlalu jauh di bawah target, RBI mungkin akan memangkas suku bunga untuk mendorong lebih banyak pinjaman, yang dapat berdampak negatif terhadap INR.
Karena pentingnya perdagangan bagi perekonomian, Bank Sentral India (Reserve Bank of India/RBI) secara aktif melakukan intervensi di pasar valuta asing untuk menjaga nilai tukar dalam kisaran terbatas. Hal ini dilakukan untuk memastikan importir dan eksportir India tidak terpapar risiko mata uang yang tidak perlu selama periode volatilitas valuta asing. RBI membeli dan menjual Rupee di pasar spot pada level-level penting, dan menggunakan derivatif untuk melindungi posisinya.
Informasi mengenai halaman-halaman ini berisi pernyataan berwawasan untuk masa mendatang yang melibatkan risiko dan ketidakpastian. Pasar dan instrumen yang diprofilkan di halaman ini hanya untuk tujuan informasi dan tidak boleh dianggap sebagai rekomendasi untuk membeli atau menjual sekuritas. Anda harus melakukan riset secara menyeluruh sebelum membuat keputusan investasi apa pun. FXStreet tidak menjamin bahwa informasi ini bebas dari kesalahan, galat, atau salah saji material. Juga tidak menjamin bahwa informasi ini bersifat tepat waktu. Berinvestasi di Forex melibatkan banyak risiko, termasuk kehilangan semua atau sebagian dari investasi Anda, dan juga tekanan emosional. Semua risiko, kerugian dan biaya yang terkait dengan investasi, termasuk kerugian total pokok, merupakan tanggung jawab Anda.
Berita Terkini
Pilihan Editor
AUD/USD Turun ke Terendah Dua Minggu, di Bawah 0,6600 karena Pedagang Menunggu IHK AS
Pasangan mata uang AUD/USD turun ke level terendah dua minggu selama sesi Asia pada hari Kamis di tengah nada risiko yang lebih lemah, yang menguntungkan safe-haven Dolar AS dan membebani Dolar Australia untuk hari keenam berturut-turut. Selain itu, masalah ekonomi Tiongkok semakin melemahkan Dolar Australia, meskipun sikap hawkish RBA dapat membatasi pelemahan. Selain itu, taruhan untuk lebih banyak pemotongan suku bunga oleh The Fed mungkin membatasi Dolar AS dan memberikan dukungan untuk pasangan mata uang ini menjelang angka inflasi AS yang akan dirilis nanti hari ini.
USD/JPY Naik di Atas 155,50 karena Para Trader Menunggu Rilis IHK AS
Pasangan mata uang USD/JPY naik ke sekitar 155,60 selama awal sesi Asia pada hari Kamis. Dolar AS menguat tipis terhadap Yen Jepang setelah komentar hati-hati dari Gubernur Federal Reserve Christopher Waller. Para pedagang akan mengawasi data inflasi Indeks Harga Konsumen AS untuk bulan November, yang akan dirilis kemudian pada hari Kamis.
Emas Turun karena Aksi Ambil Untung, Kekuatan USD Jelang Rilis IHK AS
Harga Emas turun di bawah $4.350 selama perdagangan sesi Asia pada hari Kamis. Logam mulia ini mundur dari level tertinggi tujuh minggu di tengah pengambilan untung dan pemulihan Dolar AS (USD). Potensi penurunan untuk logam kuning ini mungkin terbatas setelah data lapangan pekerjaan AS terbaru memperkuat ekspektasi pasar akan penurunan suku bunga lebih lanjut oleh Federal Reserve AS dan menyeret USD lebih rendah.
Bitcoin, Ethereum Mengalami Fluktuasi Tajam, Memicu Likuidasi Besar di Tengah Tuduhan Manipulasi Pasar
Pasar kripto bergejolak pada hari Rabu saat mata uang kripto teratas, termasuk Bitcoin (BTC) dan Ethereum (ETH), dengan cepat membalikkan kenaikan dari sesi Amerika awal.
Berikut adalah yang perlu Anda ketahui pada hari Kamis, 18 Desember:
Berikut adalah yang perlu Anda ketahui pada hari Kamis, 18 Desember:
