- Rupiah stabil di sekitar 16.700, sementara dolar mulai melemah kembali sejak awal November.
- DXY turun ke area 99 setelah pasar menilai ulang prospek suku bunga The Fed.
- Sentimen eksternal rapuh akibat ketidakpastian inflasi, data tenaga kerja, dan dampak pasca-shutdown AS.
Rupiah bergerak stabil pada perdagangan Jumat siang, dengan pasangan mata uang USD/IDR bertahan di kisaran 16.708-16.711 setelah dibuka di area 16.696. Rentang dalam perdagangan harian yang sempit – 16.693-16.726 – menggambarkan pasar mulai menahan langkah setelah dolar bergerak naik secara bertahap sejak akhir Oktober. Tekanan apresiasi dolar masih terlihat, tetapi tidak lagi setajam rally pada akhir September hingga awal Oktober.
Pergerakan USD/IDR juga memperlihatkan bahwa pasar memasuki fase jeda lagi sejak awal November. Kenaikan dolar yang sebelumnya sempat mendekati area 16.750 mulai kehilangan momentum, meski belum cukup kuat untuk mendorong rupiah kembali di bawah 16.650. Minimnya dorongan baru membuat pelaku pasar cenderung menunggu kepastian menjelang keputusan suku bunga The Fed pada Desember dan perkembangan risiko global yang lebih jelas.
Area 16.700 kini menjadi titik keseimbangan jangka pendek. Selama dolar bertahan di atas zona ini, peluang pengujian ulang ke 16.735-16.750 tetap terbuka. Namun pelemahan di bawah 16.680 bisa memberi ruang untuk koreksi menuju 16.640 sebagai support awal. Untuk menjelang akhir pekan, pasar terlihat berhati-hati: rupiah tidak tertekan dalam, tetapi juga belum menunjukkan pemulihan kuat – menandakan ekspektasi global yang masih beragam terhadap kebijakan The Fed dan tekanan inflasi yang terkait tarif.
Pada perdagangan sebelumnya, permintaan korporasi yang kuat mendorong USD/IDR ditutup lebih tinggi di 16.735, dengan rentang perdagangan hari ini diprakirakan berada pada 16.670-16.770.
Dari sisi eksternal, Indeks Dolar AS (DXY) melanjutkan pelemahannya dan kini bertahan di area 99,10-99,20 setelah gagal mempertahankan momentum bullish di akhir Oktober. Serangkaian sesi perdagangan dengan penurunan beruntun menunjukkan tekanan korektif yang semakin konsisten, terutama setelah DXY tertolak dari resistance psikologis 100,20-100,30. Pola ini mengindikasikan bahwa pasar kembali menilai ulang prospek suku bunga The Fed sejalan dengan komentar pejabat yang lebih berhati-hati.
Shutdown Berakhir, Prospek Pemangkasan Suku Bunga The Fed Menyusut
Pemerintahan federal kembali dibuka setelah Presiden Donald Trump menyetujui paket pendanaan sementara hingga 30 Januari, mengakhiri penutupan 43 hari. Analis memprakirakan data ekonomi yang akan pulih pasca-shutdown akan menunjukkan pasar tenaga kerja yang melemah, berpotensi menekan Dolar AS. Di tengah ketidakpastian inflasi, peluang pemangkasan suku bunga The Fed pada Desember turun menjadi sekitar 51,2% dari sebelumnya 62,9%.
Sinyal dari pejabat The Fed memperkuat sikap hati-hati pasar. Mary Daly menilai ketidakpastian mereda tetapi inflasi masih jauh dari 2%. Neel Kashkari melihat tekanan di beberapa sektor tenaga kerja dan inflasi yang tetap tinggi di 3%. Beth Hammack menyoroti inflasi jasa yang bandel dan memprakirakan harga tetap di atas target dalam 2-3 tahun. Alberto Musalem menyebut ekonomi masih kuat dan kebijakan kini mendekati level netral, dengan ruang pemangkasan suku bunga yang terbatas dan proyeksi inflasi baru turun pada paruh kedua tahun depan.
Secara keseluruhan, rupiah memasuki akhir pekan dalam mode hati-hati. Stabilitas di sekitar 16.700 menunjukkan bahwa pasar memilih menunggu arah baru dari komentar pejabat The Fed dan perkembangan perekonomian AS. Dengan konsolidasi yang masih terjaga dan tekanan dolar mulai mereda, ruang pergerakan rupiah cenderung terbatas dalam jangka pendek, namun peluang penguatan akan lebih terbuka apabila sinyal kebijakan global bergeser ke arah yang lebih dovish dalam pekan-pekan mendatang.
Pertanyaan Umum Seputar The Fed
Kebijakan moneter di AS dibentuk oleh Federal Reserve (The Fed). The Fed memiliki dua mandat: mencapai stabilitas harga dan mendorong lapangan kerja penuh. Alat utamanya untuk mencapai tujuan ini adalah dengan menyesuaikan suku bunga. Ketika harga naik terlalu cepat dan inflasi berada di atas target The Fed sebesar 2%, Bank sentral ini menaikkan suku bunga, meningkatkan biaya pinjaman di seluruh perekonomian. Hal ini menghasilkan Dolar AS (USD) yang lebih kuat karena menjadikan AS tempat yang lebih menarik bagi para investor internasional untuk menyimpan uang mereka. Ketika inflasi turun di bawah 2% atau Tingkat Pengangguran terlalu tinggi, The Fed dapat menurunkan suku bunga untuk mendorong pinjaman, yang membebani Greenback.
Federal Reserve (The Fed) mengadakan delapan pertemuan kebijakan setahun, di mana Komite Pasar Terbuka Federal (Federal Open Market Committee/FOMC) menilai kondisi ekonomi dan membuat keputusan kebijakan moneter. FOMC dihadiri oleh dua belas pejabat The Fed – tujuh anggota Dewan Gubernur, presiden Federal Reserve Bank of New York, dan empat dari sebelas presiden Reserve Bank regional yang tersisa, yang menjabat selama satu tahun secara bergilir.
Dalam situasi ekstrem, Federal Reserve dapat menggunakan kebijakan yang disebut Pelonggaran Kuantitatif (QE). QE adalah proses yang dilakukan The Fed untuk meningkatkan aliran kredit secara substansial dalam sistem keuangan yang macet. Ini adalah langkah kebijakan non-standar yang digunakan selama krisis atau ketika inflasi sangat rendah. Ini adalah senjata pilihan The Fed selama Krisis Keuangan Besar pada tahun 2008. Hal ini melibatkan The Fed yang mencetak lebih banyak Dolar dan menggunakannya untuk membeli obligasi berperingkat tinggi dari lembaga keuangan. QE biasanya melemahkan Dolar AS.
Pengetatan kuantitatif (QT) adalah proses kebalikan dari QE, di mana Federal Reserve berhenti membeli obligasi dari lembaga keuangan dan tidak menginvestasikan kembali pokok dari obligasi yang dimilikinya yang jatuh tempo, untuk membeli obligasi baru. Hal ini biasanya berdampak positif terhadap nilai Dolar AS.
Informasi mengenai halaman-halaman ini berisi pernyataan berwawasan untuk masa mendatang yang melibatkan risiko dan ketidakpastian. Pasar dan instrumen yang diprofilkan di halaman ini hanya untuk tujuan informasi dan tidak boleh dianggap sebagai rekomendasi untuk membeli atau menjual sekuritas. Anda harus melakukan riset secara menyeluruh sebelum membuat keputusan investasi apa pun. FXStreet tidak menjamin bahwa informasi ini bebas dari kesalahan, galat, atau salah saji material. Juga tidak menjamin bahwa informasi ini bersifat tepat waktu. Berinvestasi di Forex melibatkan banyak risiko, termasuk kehilangan semua atau sebagian dari investasi Anda, dan juga tekanan emosional. Semua risiko, kerugian dan biaya yang terkait dengan investasi, termasuk kerugian total pokok, merupakan tanggung jawab Anda.
Berita Terkini
Pilihan Editor
Yen Jepang Tetap Unggul saat Pertumbuhan Upah Memperkuat Ekspektasi Kenaikan Suku Bunga BoJ
Yen Jepang (JPY) menarik beberapa aksi beli saat turun di awal minggu baru dan tetap dekat dengan level tertinggi sejak 14 November, yang disentuh terhadap Dolar AS (USD) yang lebih lemah pada hari Jumat.
NZD/USD Mendapatkan Momentum saat Surplus Perdagangan Tiongkok Mencapai Tertinggi 5 Bulan
Pasangan mata uang NZD/USD menarik beberapa pembeli di sekitar 0,5785 selama perdagangan sesi Asia pada hari Senin. Dolar Selandia Baru (NZD) tetap lemah terhadap Dolar AS (USD) setelah data Neraca Perdagangan Tiongkok.
Prakiraan Harga Emas: XAU/USD Terus Kesulitan Menghadapi $4.200 saat Pekan The Fed Dimulai
Emas diperdagangkan di sekitar garis datar dekat level $4.200, memulai minggu penting Federal Reserve (The Fed) AS dengan langkah hati-hati. Di tengah lemahnya Dolar AS (USD) yang berkelanjutan dan ketegangan geopolitik yang memanas antara Jepang dan Tiongkok, para pembeli Emas terus memberikan dukungan sementara para penjual tetap mengintai di level-level yang lebih tinggi.
Top Loser Kripto: Monero Lanjutkan Pelemahan di Bawah $370 saat Aster dan Bonk Berisiko Mencetak Terendah Rekor
Altcoin, termasuk Monero, Aster, dan Bonk, berisiko memperpanjang kerugian mereka seiring dengan terhentinya pasar mata uang kripto (cryptocurrency) yang lebih luas di tengah perundingan perdamaian yang terhambat antara Ukraina dan Rusia.
Berikut adalah yang perlu Anda ketahui pada hari Jumat, 5 Desember:
Pada paruh kedua hari ini, BEA AS akan mempublikasikan data Indeks Harga PCE untuk bulan September, pengukur inflasi yang disukai Fed. Di sesi Amerika nanti, para investor akan mencermati laporan Indeks Sentimen Konsumen UoM untuk bulan Desember.