• AADI kesulitan menindaklanjuti gap pembukaan atas, pangkas kinerja positif hari kemarin.
  • Perseroan akan membagikan dividen sebesar $250 juta pada akhir bulan.
  • Saham ini merayap naik di sepanjang ascending channel pada grafik harian.

AADI diperdagangkan di 8.725 yang lebih rendah 0,29% dibandingkan penutupan hari kemarin pada saat berita ini ditulis. Saham PT Adaro Andalan Indonesia Tbk. dibuka dengan gap atas di 8.800 dan sesaat naik ke tertinggi hari 8.825. Kenaikan tersebut dipangkas dan membuat saham ini merayap turun sepanjang hari ke terendah hari 8.700 menuju penutupan pekan. Penurunan hari ini memperpanjang tren sideways yang terlihat sejak awal minggu setelah AADI kesulitan untuk menindaklanjuti kenaikan di atas 8.950, tertinggi yang diraih senin lalu.

Kinerja stagnan AADI terjadi menjelang cum dividen di pasar reguler dan pasar negosiasi pada hari Senin, 17 November 2025. Pada akhir pekan lalu, perseroan merencanakan untuk melakukan pembagian dividen interim untuk periode tahun buku 2025. Total dividennya adalah sebesar $250 juta dan sejauh ini belum ada informasi mengenai berapa dividen yang didapat untuk per lembar saham. Dividen ini akan dibayarkan pada 27 November 2025.

Melihat laporan keuangan yang menjadi dasar untuk pembagian dividen di atas, perseroan membukukan laba yang dapat diatribusikan ke entitas induk sebesar $587,32 juta pada periode Januari 2025 – September 2025 yang angkanya lebih kecil jika dibandingkan pada periode yang sama pada tahun sebelumnya yaitu $1,07 miliar. Salah satu penyebab hal tersebut adalah penjualan dan pendapatan usaha yang lebih rendah sebesar $3,60 miliar dibandingkan $4,04 miliar pada Januari 2024 – September 2024.

Namun dari sisi posisi keuangan, jumlah aset perseroan meningkat menjadi $6,11 miliar pada akhir September 2025 dari $5,99 miliar pada 31 Desember 2024. Jumlah ekuitas juga meningkat dari $3,36 miliar pada akhir tahun lalu menjadi $3,79 miliar pada 30 September 2025.

Grafik Harian AADI – Analisis Teknis

AADI
Grafik harian AADI

Secara teknis saham ini terlihat merangkak naik dalam ascending channel dari terendah sepanjang masa 5.575 yang diraih pada 8 April 2025. Namun dalam jangka sangat pendek, AADI bergerak sideways seperti yang disebutkan di atas. Perlu dinantikan apakah cum dividen Senin depan dapat membuat saham ini mematahkan pergerakan saat ini untuk menentukan arah selanjutnya baik ke atas atau ke bawah.

Indikator Relative Strength Index (RSI) 14-hari berada di 64,68 dan sudah bertahan di atas garis netral 50 sejak September 2025.

Dalam kasus AADI melanjutkan penurunan dari tertinggi Senin, saham ini bisa menemukan support di 8.125 (terendah 5 November 2025), 7.775 (terendah 24 dan 27 Oktober 2025) dan 7.300 (terendah 6 Oktober 2025, ujung bawah ascending channel).

Sedangkan di sisi atas, AADI memiliki resistance di 8.950 (tertinggi 10 November 2025), 9.800 (tertinggi 31 Januari 2025), dan 10.000 (level angka bulat).

Bagikan: Pasokan berita

Informasi mengenai halaman-halaman ini berisi pernyataan berwawasan untuk masa mendatang yang melibatkan risiko dan ketidakpastian. Pasar dan instrumen yang diprofilkan di halaman ini hanya untuk tujuan informasi dan tidak boleh dianggap sebagai rekomendasi untuk membeli atau menjual sekuritas. Anda harus melakukan riset secara menyeluruh sebelum membuat keputusan investasi apa pun. FXStreet tidak menjamin bahwa informasi ini bebas dari kesalahan, galat, atau salah saji material. Juga tidak menjamin bahwa informasi ini bersifat tepat waktu. Berinvestasi di Forex melibatkan banyak risiko, termasuk kehilangan semua atau sebagian dari investasi Anda, dan juga tekanan emosional. Semua risiko, kerugian dan biaya yang terkait dengan investasi, termasuk kerugian total pokok, merupakan tanggung jawab Anda.

Ikuti kami di Telegram

Dapatkan pembaruan semua berita

Gabung Telegram

Berita Terkini


Berita Terkini

Pilihan Editor

Yen Jepang Tetap Unggul saat Pertumbuhan Upah Memperkuat Ekspektasi Kenaikan Suku Bunga BoJ

Yen Jepang Tetap Unggul saat Pertumbuhan Upah Memperkuat Ekspektasi Kenaikan Suku Bunga BoJ

Yen Jepang (JPY) menarik beberapa aksi beli saat turun di awal minggu baru dan tetap dekat dengan level tertinggi sejak 14 November, yang disentuh terhadap Dolar AS (USD) yang lebih lemah pada hari Jumat.

NZD/USD Mendapatkan Momentum saat Surplus Perdagangan Tiongkok Mencapai Tertinggi 5 Bulan

NZD/USD Mendapatkan Momentum saat Surplus Perdagangan Tiongkok Mencapai Tertinggi 5 Bulan

Pasangan mata uang NZD/USD menarik beberapa pembeli di sekitar 0,5785 selama perdagangan sesi Asia pada hari Senin. Dolar Selandia Baru (NZD) tetap lemah terhadap Dolar AS (USD) setelah data Neraca Perdagangan Tiongkok.

Prakiraan Harga Emas: XAU/USD Terus Kesulitan Menghadapi $4.200 saat Pekan The Fed Dimulai

Prakiraan Harga Emas: XAU/USD Terus Kesulitan Menghadapi $4.200 saat Pekan The Fed Dimulai

Emas diperdagangkan di sekitar garis datar dekat level $4.200, memulai minggu penting Federal Reserve (The Fed) AS dengan langkah hati-hati. Di tengah lemahnya Dolar AS (USD) yang berkelanjutan dan ketegangan geopolitik yang memanas antara Jepang dan Tiongkok, para pembeli Emas terus memberikan dukungan sementara para penjual tetap mengintai di level-level yang lebih tinggi.

Top Loser Kripto: Monero Lanjutkan Pelemahan di Bawah $370 saat Aster dan Bonk Berisiko Mencetak Terendah Rekor

Top Loser Kripto: Monero Lanjutkan Pelemahan di Bawah $370 saat Aster dan Bonk Berisiko Mencetak Terendah Rekor

Altcoin, termasuk Monero, Aster, dan Bonk, berisiko memperpanjang kerugian mereka seiring dengan terhentinya pasar mata uang kripto (cryptocurrency) yang lebih luas di tengah perundingan perdamaian yang terhambat antara Ukraina dan Rusia. 

Berikut adalah yang perlu Anda ketahui pada hari Jumat, 5 Desember:

Berikut adalah yang perlu Anda ketahui pada hari Jumat, 5 Desember:

Pada paruh kedua hari ini, BEA AS akan mempublikasikan data Indeks Harga PCE untuk bulan September, pengukur inflasi yang disukai Fed. Di sesi Amerika nanti, para investor akan mencermati laporan Indeks Sentimen Konsumen UoM untuk bulan Desember.

MATA UANG UTAMA

INDIKATOR EKONOMI

ANALISA