• USD/JPY turun di bawah 146,00 saat sinyal pengetatan BoJ semakin kuat.
  • Kecondongan dovish The Fed menekan Dolar AS setelah data IHK AS yang mengecewakan pada hari Selasa
  • Yen menguat setelah sinyal BoJ menyusul data IHP yang lebih tinggi dari prakiraan

USD/JPY turun untuk dua hari berturut-turut di tengah ekspektasi baru di seputar pengetatan Bank of Japan (BoJ). Pergerakan ini didorong oleh pernyataan hawkish dari Deputi Gubernur BoJ, Shinichi Uchida, dan data IHP bulan April yang lebih panas dari prakiraan, yang sangat kontras dengan angka inflasi AS yang lemah dan spekulasi yang berkembang terhadap pemotongan suku bunga Federal Reserve (The Fed).

Pada saat berita ini ditulis, USD/JPY diperdagangkan di dekat 145,60, melanjutkan penurunan dari sebelumnya di 146,00 saat perbedaan pandangan bank sentral membebani pasangan mata uang ini. 

Sikap Hawkish BoJ Bertemu dengan IHP yang Kuat

Pada hari Selasa, Deputi Gubernur Bank of Japan, Shinichi Uchida, menegaskan kembali kesiapan bank sentral untuk memperketat kebijakan lebih lanjut, bahkan di tengah ketidakpastian global seperti kebijakan perdagangan AS. Berbicara kepada para pembuat undang-undang, Uchida mengakui bahwa inflasi pokok Jepang dan ekspektasi jangka panjang mungkin secara temporer terhenti, tetapi menunjukkan tekanan ke atas yang persisten dari pasar tenaga kerja yang "sangat ketat". Dia menekankan bahwa kenaikan upah dan biaya pengiriman kemungkinan akan diteruskan ke konsumen, mendukung tren inflasi yang berkelanjutan.

Yen melanjutkan kenaikan pada hari Rabu setelah Indeks Harga Produsen (IHP) Jepang untuk bulan April dirilis sesuai dengan prakiraan, naik 4,0% YoY, menyoroti tekanan harga hulu yang terus berlanjut. Data ini, dikombinasikan dengan sentimen hawkish Uchida, memperkuat ekspektasi bahwa BoJ mungkin akan melakukan kenaikan suku bunga lagi. 

Akibatnya, USD/JPY jatuh di bawah 146,00, didorong oleh menyempitnya perbedaan imbal hasil dan meningkatnya keyakinan pada jalur pengetatan BoJ.

Data inflasi AS yang Lemah dan Sinyal Dovish The Fed Membebani Dolar AS

Sementara itu, di AS, laporan Indeks Harga Konsumen (IHK) bulan April dirilis di bawah ekspektasi pada hari Selasa. Inflasi umum hanya naik 0,2% bulan-ke-bulan, di bawah prakiraan 0,3%, sementara inflasi tahunan melambat ke 2,3%, terendah sejak awal 2021. IHK Inti juga lemah, memperkuat spekulasi bahwa Federal Reserve dapat mulai memotong suku bunga paling cepat pada bulan September.

Tren disinflasi ini, bersama dengan komentar dovish dari para pejabat The Fed, menekan imbal hasil obligasi Pemerintah AS lebih rendah dan membebani Dolar AS. Akibatnya, USD/JPY jatuh meskipun sentimen ada risk-on yang lebih luas.

Melihat ke depan, Indeks Harga Produsen (IHP) AS dan Klaim Tunjangan Pengangguran Awal pada hari Kamis akan memberikan wawasan lebih lanjut tentang tren inflasi dan pasar tenaga kerja. Namun, acara kunci akan menjadi pidato Ketua The Fed Jerome Powell. Pasar akan memperhatikan konfirmasi dari perubahan dovish—atau penolakan terhadap ekspektasi yang berkembang untuk pemotongan suku bunga. Nada suaranya bisa menjadi kunci untuk arah jangka pendek dalam USD/JPY dan sentimen dolar yang lebih luas.

USD/JPY - Bullish atau Bearish di 146,00?

Dari segi teknis, USD/JPY berada di titik kritis. Penembusan yang terkonfirmasi di atas simple moving average (SMA) 50-hari di 146,34 akan menandakan momentum bullish yang baru, membuka jalan menuju resistance di 147,09—Fibonacci retracement 38,2% dari penurunan Januari–April. Pengutan yang berkelanjutan bahkan dapat menargetkan level psikologis 150,00, terutama jika imbal hasil AS pulih atau perbedaan kebijakan antara The Fed dan BoJ melebar.

Grafik harian USD/JPY

USDJPY

 

Sebaliknya, kegagalan untuk bertahan di atas 144,37 dan penembusan tegas di bawah SMA 20-hari akan mengindikasikan memudarnya momentum bullish, mengalihkan fokus menuju 142,00 dan berpotensi 140,00—terutama jika data AS mengecewakan atau sentimen pasar berubah menjadi risk-off.

Pertanyaan Umum Seputar Bank of Japan

Bank of Japan (BoJ) adalah bank sentral Jepang yang menetapkan kebijakan moneter di negara tersebut. Mandatnya adalah menerbitkan uang kertas dan melaksanakan kontrol mata uang dan moneter untuk memastikan stabilitas harga, yang berarti target inflasi sekitar 2%.

Bank of Japan memulai kebijakan moneter yang sangat longgar pada tahun 2013 untuk merangsang ekonomi dan mendorong inflasi di tengah lingkungan inflasi yang rendah. Kebijakan bank tersebut didasarkan pada Pelonggaran Kuantitatif dan Kualitatif (QQE), atau mencetak uang kertas untuk membeli aset seperti obligasi pemerintah atau perusahaan untuk menyediakan likuiditas. Pada tahun 2016, bank tersebut menggandakan strateginya dan melonggarkan kebijakan lebih lanjut dengan terlebih dahulu memperkenalkan suku bunga negatif dan kemudian secara langsung mengendalikan imbal hasil obligasi pemerintah 10 tahunnya. Pada bulan Maret 2024, BoJ menaikkan suku bunga, yang secara efektif menarik diri dari sikap kebijakan moneter yang sangat longgar.

Stimulus besar-besaran yang dilakukan Bank Sentral Jepang menyebabkan Yen terdepresiasi terhadap mata uang utama lainnya. Proses ini memburuk pada tahun 2022 dan 2023 karena meningkatnya perbedaan kebijakan antara Bank Sentral Jepang dan bank sentral utama lainnya, yang memilih untuk menaikkan suku bunga secara tajam untuk melawan tingkat inflasi yang telah mencapai titik tertinggi selama beberapa dekade. Kebijakan BoJ menyebabkan perbedaan yang semakin lebar dengan mata uang lainnya, yang menyeret turun nilai Yen. Tren ini sebagian berbalik pada tahun 2024, ketika BoJ memutuskan untuk meninggalkan sikap kebijakannya yang sangat longgar.

Pelemahan Yen dan lonjakan harga energi global menyebabkan peningkatan inflasi Jepang, yang melampaui target BoJ sebesar 2%. Prospek kenaikan gaji di negara tersebut – elemen utama yang memicu inflasi – juga berkontribusi terhadap pergerakan tersebut.

 

 

 

Bagikan: Pasokan berita

Informasi mengenai halaman-halaman ini berisi pernyataan berwawasan untuk masa mendatang yang melibatkan risiko dan ketidakpastian. Pasar dan instrumen yang diprofilkan di halaman ini hanya untuk tujuan informasi dan tidak boleh dianggap sebagai rekomendasi untuk membeli atau menjual sekuritas. Anda harus melakukan riset secara menyeluruh sebelum membuat keputusan investasi apa pun. FXStreet tidak menjamin bahwa informasi ini bebas dari kesalahan, galat, atau salah saji material. Juga tidak menjamin bahwa informasi ini bersifat tepat waktu. Berinvestasi di Forex melibatkan banyak risiko, termasuk kehilangan semua atau sebagian dari investasi Anda, dan juga tekanan emosional. Semua risiko, kerugian dan biaya yang terkait dengan investasi, termasuk kerugian total pokok, merupakan tanggung jawab Anda.

Ikuti kami di Telegram

Dapatkan pembaruan semua berita

Gabung Telegram

Berita Terkini


Berita Terkini

Pilihan Editor

Dolar Australia Turun saat Dolar AS Mempertahankan Posisinya di Tengah Kewaspadaan Pasar

Dolar Australia Turun saat Dolar AS Mempertahankan Posisinya di Tengah Kewaspadaan Pasar

Dolar Australia (AUD) melemah terhadap Dolar AS (USD) pada hari Kamis untuk hari keenam berturut-turut. Pasangan mata uang AUD/USD mungkin menguat karena Dolar Australia dapat menerima dukungan dari kewaspadaan investor setelah rilis Ekspektasi Inflasi Konsumen Australia.

NZD/USD Merosot di Bawah 0,5800 Meskipun Pertumbuhan PDB Kuartal III Selandia Baru Kuat

NZD/USD Merosot di Bawah 0,5800 Meskipun Pertumbuhan PDB Kuartal III Selandia Baru Kuat

Pasangan mata uang NZD/USD tetap lemah di dekat 0,5770 selama awal perdagangan sesi Asia pada hari Kamis. Dolar Selandia Baru (NZD) sedikit melemah terhadap Greenback meskipun laporan Produk Domestik Bruto (PDB) Selandia Baru lebih kuat dari prakiraan.

Risiko Pelanggaran pada Rilis Data Payrolls Berikutnya di Awal Januari Tergolong Tinggi

Risiko Pelanggaran pada Rilis Data Payrolls Berikutnya di Awal Januari Tergolong Tinggi

Keputusan masih belum diambil mengenai rencana selanjutnya dari The Fed setelah data payrolls gagal mengubah keseimbangan ke satu sisi atau sisi lainnya.

Top Loser Kripto: Pump.fun, SPX6900, dan Bittensor Terus Merosot dengan Kerugian Dua Digit

Top Loser Kripto: Pump.fun, SPX6900, dan Bittensor Terus Merosot dengan Kerugian Dua Digit

Pump.fun, SPX6900, dan Bittensor memimpin kerugian di pasar mata uang kripto (cryptocurrency) dalam 24 jam terakhir di tengah likuidasi total lebih dari $500 juta. Segmen ritel menuduh adanya manipulasi institusional di tengah rutinitas aksi jual Bitcoin yang terjadi di pagi hari di pasar AS.

Berikut adalah yang perlu Anda ketahui pada hari Kamis, 18 Desember:

Berikut adalah yang perlu Anda ketahui pada hari Kamis, 18 Desember:

Berikut adalah yang perlu Anda ketahui pada hari Kamis, 18 Desember:

MATA UANG UTAMA

INDIKATOR EKONOMI

ANALISA