- Rupiah Indonesia bertahan di kisaran 16.277 per USD dalam rentang konsolidasi sempit, mencerminkan stabilisasi pasca libur panjang.
- Cadangan Devisa Indonesia untuk bulan Mei masih solid di USD 152,5 miliar.
- Perundingan AS-Tiongkok berlanjut di hari kedua, pasar global optimis menunggu hasilnya.
Pasar keuangan Indonesia kembali aktif pada perdagangan hari Selasa setelah libur panjang pekan lalu. Rupiah Indonesia (IDR) bergerak stabil dan bertahan di bawah level psikologis 16.300 per Dolar AS (USD). Menjelang sesi Eropa, pasangan mata uang USD/IDR diperdagangkan di kisaran 16.277, dengan pola pergerakan yang masih menunjukkan fase konsolidasi sempit antara 16.250-16.350.
Sementara itu, Indeks Dolar AS (DXY) menguat tipis sebesar 0,11 poin ke 99,12, menandai fase stabilisasi setelah tekanan jual tajam yang terjadi pada akhir Mei. Kinerja tersebut ditopang oleh data ketenagakerjaan AS yang kuat dalam laporan Nonfarm Payrolls (NFP) terbaru, yang sempat menghentikan tren penurunan Dolar. Namun, tekanan terhadap DXY belum sepenuhnya mereda, dengan kekhawatiran fiskal AS masih membayangi.
Sehari usai rilis data tersebut, Presiden AS Donald Trump kembali melontarkan kritik keras terhadap Federal Reserve, menyebut bahwa "terlambat" dalam mengambil kebijakan moneter bisa menjadi "bencana." Di platform Truth social dia menyebutkan "Terlambat mengambil tindakan di The Fed bisa jadi bencana! Eropa sudah memangkas suku bunga 10 kali, sementara kita belum sama sekali."
Alat CME FedWatch menunjukkan peluang pemangkasan suku bunga The Fed pada bulan September sebesar 61,4% dan 80,4% pada Oktober.
Cadev Indonesia Tetap Solid di Bulan Mei 2025, BI Tegaskan Ketahanan Ekonomi Hadapi Ketidakpastian Global
Dari dalam negeri, Bank Indonesia (BI) melaporkan posisi Cadangan Devisa (Cadev) Indonesia per akhir Mei 2025 tetap solid di angka USD 152,5 miliar, tidak berubah dari bulan sebelumnya. Menurut BI, stabilnya cadangan devisa mencerminkan ketahanan ekonomi domestik, di tengah ketidakpastian global. Dukungan berasal dari penerimaan pajak dan jasa, serta penerimaan devisa dari sektor migas, yang mengimbangi pembayaran utang luar negeri pemerintah dan kebijakan stabilisasi nilai tukar.
Pasar Asia Menguat, Optimisme Meningkat Jelang Hari Kedua Perundingan Dagang AS-Tiongkok
Dari sisi geopolitik, perhatian pasar global juga tertuju pada perundingan lanjutan antara Tiongkok dan Amerika Serikat, yang memasuki hari kedua pada pukul 09.00 GMT di Lancaster House. Harapan pelaku pasar kini mengarah pada kemungkinan tercapainya kesepakatan mengenai tarif, termasuk pada teknologi, dan tanah jarang, yang selama ini menjadi titik panas dalam ketegangan perdagangan kedua negara tersebut.
Bursa Asia terlihat sebagian besar positif, mencerminkan optimisme terhadap potensi tercapainya kesepakatan AS-Tiongkok. Indeks Nikkei 225 Jepang memimpin penguatan dengan lonjakan 350,69 poin atau 0,92% ke 38.439,26. Di kawasan Asia Tenggara, IHSG Indonesia naik 0,63% ke level 7.113,43, sementara Hang Seng Index Hong Kong naik 0,30% dan Shanghai Composite hanya mencatat kenaikan tipis 0,09%, di tengah kekhawatiran atas pemulihan ekonomi domestik Tiongkok yang masih rapuh.
Pertanyaan Umum Seputar PERANG DAGANG AS-TIONGKOK
Secara umum, perang dagang adalah konflik ekonomi antara dua negara atau lebih akibat proteksionisme yang ekstrem di satu sisi. Ini mengimplikasikan penciptaan hambatan perdagangan, seperti tarif, yang mengakibatkan hambatan balasan, meningkatnya biaya impor, dan dengan demikian biaya hidup.
Konflik ekonomi antara Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok dimulai pada awal 2018, ketika Presiden Donald Trump menetapkan hambatan perdagangan terhadap Tiongkok, mengklaim praktik komersial yang tidak adil dan pencurian kekayaan intelektual dari raksasa Asia tersebut. Tiongkok mengambil tindakan balasan, memberlakukan tarif pada berbagai barang AS, seperti mobil dan kedelai. Ketegangan meningkat hingga kedua negara menandatangani kesepakatan perdagangan AS-Tiongkok Fase Satu pada Januari 2020. Perjanjian tersebut mengharuskan reformasi struktural dan perubahan lain pada rezim ekonomi dan perdagangan Tiongkok serta berpura-pura mengembalikan stabilitas dan kepercayaan antara kedua negara. Pandemi Coronavirus mengalihkan fokus dari konflik tersebut. Namun, perlu dicatat bahwa Presiden Joe Biden, yang menjabat setelah Trump, mempertahankan tarif yang ada dan bahkan menambahkan beberapa pungutan lainnya.
Kembalinya Donald Trump ke Gedung Putih sebagai Presiden AS ke-47 telah memicu gelombang ketegangan baru antara kedua negara. Selama kampanye pemilu 2024, Trump berjanji untuk memberlakukan tarif 60% terhadap Tiongkok begitu ia kembali menjabat, yang ia lakukan pada tanggal 20 Januari 2025. Perang dagang AS-Tiongkok dimaksudkan untuk dilanjutkan dari titik terakhir, dengan kebijakan balas-membalas yang mempengaruhi lanskap ekonomi global di tengah gangguan dalam rantai pasokan global, yang mengakibatkan pengurangan belanja, terutama investasi, dan secara langsung berdampak pada inflasi Indeks Harga Konsumen.
Informasi mengenai halaman-halaman ini berisi pernyataan berwawasan untuk masa mendatang yang melibatkan risiko dan ketidakpastian. Pasar dan instrumen yang diprofilkan di halaman ini hanya untuk tujuan informasi dan tidak boleh dianggap sebagai rekomendasi untuk membeli atau menjual sekuritas. Anda harus melakukan riset secara menyeluruh sebelum membuat keputusan investasi apa pun. FXStreet tidak menjamin bahwa informasi ini bebas dari kesalahan, galat, atau salah saji material. Juga tidak menjamin bahwa informasi ini bersifat tepat waktu. Berinvestasi di Forex melibatkan banyak risiko, termasuk kehilangan semua atau sebagian dari investasi Anda, dan juga tekanan emosional. Semua risiko, kerugian dan biaya yang terkait dengan investasi, termasuk kerugian total pokok, merupakan tanggung jawab Anda.
Berita Terkini
Pilihan Editor
Kapan PMI HCOB Pendahuluan Jerman/Zona Euro akan Dirilis, dan Bagaimana Pengaruhnya terhadap EUR/USD?
Data Indeks Manajer Pembelian (Purchasing Managers Index/PMI) HCOB pendahuluan Jerman dan Zona Euro untuk bulan Desember akan dirilis hari ini masing-masing pada pukul 08:30 GMT (15:30 WIB) dan 09:00 GMT (16:00 WIB).
Yen Jepang Tetap Unggul di Tengah Meningkatnya Spekulasi Kenaikan Suku Bunga BoJ dan Sentimen Risiko yang Lebih Lemah
Yen Jepang (JPY) naik ke puncak satu setengah minggu terhadap Dolar AS (USD) yang secara luas lebih lemah selama perdagangan sesi Asia pada hari Selasa dan tampaknya siap untuk menguat lebih lanjut. Para pelaku pasar tampaknya yakin bahwa Bank of Japan (BoJ) akan menaikkan suku bunga minggu ini.
Prakiraan Harga Emas: XAU/USD Terjebak di Sekitar $4.300 saat Pasar Menjadi Hati-Hati
Emas spot diperdagangkan di sekitar $4.300 di awal minggu baru, hampir tidak berubah pada basis harian. Logam mulia ini menemukan beberapa permintaan jangka pendek sepanjang paruh pertama hari ini di tengah pelemahan Dolar AS (USD) yang persisten.
Ethereum: BitMine Mengakuisisi 102.259 ETH Saat Harga Terjun 5%
Perusahaan treasury Ethereum BitMine Immersion meningkatkan simpanan aset digitalnya minggu lalu setelah mengakuisisi 102.259 ETH sejak pembaruan terakhirnya. Pembelian ini telah meningkatkan kepemilikan perusahaan menjadi 3,96 juta ETH, senilai sekitar $11,82 miliar. BitMine bertujuan untuk mengakumulasi 5% dari pasokan ETH yang beredar.
Apa yang perlu diperhatikan pada hari Selasa, 16 Desember:
Indeks Dolar AS (DXY) turun tajam setelah pengumuman kebijakan The Fed pada hari Rabu lalu dan menutup minggu ketiga berturut-turut di wilayah negatif. Menjelang akhir hari Senin, Indeks USD memangkas sebagian kerugian dan diperdagangkan di dekat 98,40.