PTBA Naik Lebih dari 2% ke 2.960 Tertinggi Baru 2025


  • PTBA naik untuk dua hari perdagangan berturut-turut, meraih tertinggi baru 2025.
  • Perseroan akan mengadakan RUPS dalam waktu dekat.
  • Tren saham ini adalah bullish selama di atas SMA 200-hari.

PTBA diperdagangkan di 2.930 yang naik 2,09% pada saat berita ini ditulis. Saham PT Bukit Asam Tbk. membuka hari perdagangan baru setelah libur panjang Idul Adha 1446 Hijriah di 2.870 dan melesat ke tertinggi hari 2.960 dalam satu jam pertama pembukaan. Level tersebut juga merupakan tertinggi baru 2025 dan level tertinggi sejak awal November 2024. Saham ini mempertahankan pemulihan dari 2.250 terendah 2025 yang diraih pada 24 Maret.

Tidak ada aksi korporasi yang menjadi pendorong harga saham sejauh hari ini. Aksi beli di saham-saham secara keseluruhan tampak didorong oleh sentimen positif dari berlangsungnya perundingan perdagangan AS-Tiongkok yang diadakan di London yang akan dilanjutkan untuk hari kedua hari ini.

Namun demikian, kenaikan PTBA terjadi menjelang Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Tahunan perseroan yang akan diadakan pada 12 Juni 2025 di Jakarta. Ada enam agenda dalam RUPS kali ini yaitu persetujuan laporan tahunan, persetujuan penggunaan laba tahun 2024, penetapan remunerasi direksi dan dewan komisaris, penetapan akuntan publik, persetujuan perubahan peraturan dana pensiun, dan perubahan pengurus perseroan.

Aset Perseroan Meningkat di Tahun 2024

Di tahun 2024, perseroan mencatatkan laba yang dapat diatribusikan ke entitas induk sebesar Rp5,10 triliun yang turun jika dibandingkan Rp6,10 triliun pada tahun 2023. Ini terjadi meskipun penjualan dan pendapatan usaha di tahun 2024 sebesar Rp42,76 triliun, lebih besar dari tahun sebelumnya Rp38,48 triliun. Salah satu penyebabnya adalah beban pokok penjualan dan pendapatan pada tahun pelaporan yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Jumlah aset perseroan di tahun pelaporan menunjukkan penambahan menjadi Rp41,85 triliun dari Rp38,76 triliun pada tahun 2023.

Grafik Harian PTBA – Analisis Teknis

PTBA

PTBA mempertahankan tren naik yang dibangun dari 2.250 terendah 2025 yang ditorehkan pada 24 Maret. Tren naik diindikasikan oleh posisi saham ini yang berada di atas Simple Moving Average (SMA) 200-hari, saat ini di 2.750. PTBA menembus SMA ini pada pertengahan April dan tetap bertahan di atasnya sejak itu, meskipun sempat terjadi penembusan palsu di bawahnya.

Relative Strength Index (RSI) 14-hari berada di 66,25 dan belum menunjukkan kondisi jenuh beli sehingga masih ada peluang untuk bergerak naik dalam waktu dekat.

Tren naik ini diperkuat oleh terbentuknya struktur hiher highs dan higher lows dari terendah 2025 yang disebutkan di atas. PTBA membentuk higher high baru hari ini di 2.960 dan bisa diperbarui jika terus naik. Target terdekat yang bisa diincar investor adalah 3.000 (level psikologis), 3.140 (tertinggi 15 Oktober 2024), dan 3.180 (tertinggi 2025 yang diraih pada 30 September).

Namun jika PTBA mampu melanjutkan kenaikan dan berbalik arah, penurunan saham ini bisa ditopang oleh 2.840 (terendah 2, 3, 4, dan 5 Juni 2025), 2.750 (SMA 200-hari). Penembusan SMA tersebut berisiko membatalkan tren naik PTBA dan memamngkas pemulihan mengesankan yang diupayakan saham ini sebelumnya.

pertanyaan umum seputar PERANG DAGANG AS-TIONGKOK

Secara umum, perang dagang adalah konflik ekonomi antara dua negara atau lebih akibat proteksionisme yang ekstrem di satu sisi. Ini mengimplikasikan penciptaan hambatan perdagangan, seperti tarif, yang mengakibatkan hambatan balasan, meningkatnya biaya impor, dan dengan demikian biaya hidup.

Konflik ekonomi antara Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok dimulai pada awal 2018, ketika Presiden Donald Trump menetapkan hambatan perdagangan terhadap Tiongkok, mengklaim praktik komersial yang tidak adil dan pencurian kekayaan intelektual dari raksasa Asia tersebut. Tiongkok mengambil tindakan balasan, memberlakukan tarif pada berbagai barang AS, seperti mobil dan kedelai. Ketegangan meningkat hingga kedua negara menandatangani kesepakatan perdagangan AS-Tiongkok Fase Satu pada Januari 2020. Perjanjian tersebut mengharuskan reformasi struktural dan perubahan lain pada rezim ekonomi dan perdagangan Tiongkok serta berpura-pura mengembalikan stabilitas dan kepercayaan antara kedua negara. Pandemi Coronavirus mengalihkan fokus dari konflik tersebut. Namun, perlu dicatat bahwa Presiden Joe Biden, yang menjabat setelah Trump, mempertahankan tarif yang ada dan bahkan menambahkan beberapa pungutan lainnya.

Kembalinya Donald Trump ke Gedung Putih sebagai Presiden AS ke-47 telah memicu gelombang ketegangan baru antara kedua negara. Selama kampanye pemilu 2024, Trump berjanji untuk memberlakukan tarif 60% terhadap Tiongkok begitu ia kembali menjabat, yang ia lakukan pada tanggal 20 Januari 2025. Perang dagang AS-Tiongkok dimaksudkan untuk dilanjutkan dari titik terakhir, dengan kebijakan balas-membalas yang mempengaruhi lanskap ekonomi global di tengah gangguan dalam rantai pasokan global, yang mengakibatkan pengurangan belanja, terutama investasi, dan secara langsung berdampak pada inflasi Indeks Harga Konsumen.

 

Bagikan: Pasokan berita

Informasi mengenai halaman-halaman ini berisi pernyataan berwawasan untuk masa mendatang yang melibatkan risiko dan ketidakpastian. Pasar dan instrumen yang diprofilkan di halaman ini hanya untuk tujuan informasi dan tidak boleh dianggap sebagai rekomendasi untuk membeli atau menjual sekuritas. Anda harus melakukan riset secara menyeluruh sebelum membuat keputusan investasi apa pun. FXStreet tidak menjamin bahwa informasi ini bebas dari kesalahan, galat, atau salah saji material. Juga tidak menjamin bahwa informasi ini bersifat tepat waktu. Berinvestasi di Forex melibatkan banyak risiko, termasuk kehilangan semua atau sebagian dari investasi Anda, dan juga tekanan emosional. Semua risiko, kerugian dan biaya yang terkait dengan investasi, termasuk kerugian total pokok, merupakan tanggung jawab Anda.

Ikuti kami di Telegram

Dapatkan pembaruan semua berita

Gabung Telegram

Berita Terkini


Berita Terkini

Pilihan Editor

Yen Jepang Melemah menjelang Pertemuan BoJ; USD/JPY Mengambil Kembali 155,00 di Tengah Kenaikan USD

Yen Jepang Melemah menjelang Pertemuan BoJ; USD/JPY Mengambil Kembali 155,00 di Tengah Kenaikan USD

Yen Jepang (JPY) melanjutkan penurunan dalam perdagangan harian yang stabil terhadap Dolar AS (USD) yang pulih, mendorong pasangan mata uang USD/JPY kembali di atas level psikologis 155,00 selama perdagangan sesi Asia pada hari Rabu.

Dolar Australia Melemah Meskipun Sentimen RBA Hawkish

Dolar Australia Melemah Meskipun Sentimen RBA Hawkish

Dolar Australia (AUD) turun terhadap Dolar AS (USD) pada hari Rabu, melanjutkan penurunannya untuk hari kelima berturut-turut. Namun, penurunan pasangan mata uang AUD/USD dapat dibatasi karena Dolar Australia dapat menemukan dukungan saat pasar semakin waspada terhadap kenaikan suku bunga Reserve Bank of Australia (RBA) secepat bulan Februari.

Prakiraan Harga Emas: XAU/USD Melanjutkan Fase Konsolidasi di Sekitar $4.300

Prakiraan Harga Emas: XAU/USD Melanjutkan Fase Konsolidasi di Sekitar $4.300

Harga Emas melanjutkan fase konsolidatifnya pada hari Selasa, dengan logam mulia ini bertahan di atas level $4.300, tetapi tidak mampu melewati puncak mingguan $4.350.

Bitcoin, Ethereum dan Ripple Memperpanjang Koreksi Saat Momentum Bearish Mulai Terbentuk

Bitcoin, Ethereum dan Ripple Memperpanjang Koreksi Saat Momentum Bearish Mulai Terbentuk

Bitcoin, Ethereum, dan Ripple tetap tertekan saat pasar yang lebih luas melanjutkan fase korektif hingga pertengahan minggu. Aksi harga yang lemah dari tiga mata uang kripto (cryptocurrency) teratas berdasarkan kapitalisasi pasar ini menunjukkan kemungkinan koreksi yang lebih dalam, karena indikator momentum mulai condong ke arah bearish.

Berikut adalah yang perlu Anda ketahui pada hari Rabu, 17 Desember:

Berikut adalah yang perlu Anda ketahui pada hari Rabu, 17 Desember:

Indeks Dolar AS (DXY) anjlok di bawah 98,00 pada hari Selasa, mencapai level terendahnya sejak pertengahan Oktober. Greenback menghadapi tekanan jual yang intens menyusul laporan ketenagakerjaan yang tertunda yang mengungkapkan pelemahan signifikan di pasar tenaga kerja AS, mengesampingkan data aktivitas ekonomi yang lemah dari Eropa.

MATA UANG UTAMA

INDIKATOR EKONOMI

ANALISA