- IHSG kembali mencatatkan tertinggi baru sepanjang masa menuju akhir pekan.
- Presiden RI, Prabowo Subianto, bertemu Ketua MPR Tiongkok di Jakarta.
- Data Cadangan Devisa Indonesia untuk bulan November akan dirilis dalam waktu dekat.
- Emas Antam naik Rp1.000, menantikan data Indeks Harga PCE AS yang berpotensi menggerakkan harga Emas.
IHSG bergerak di 8.680,71 yang lebih tinggi 0,47% dari penutupan hari kemarin pada saat berita ini ditulis. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali dibuka dengan gap atas di 8.658,89 dan turun ke terendah hari 8.646,82 dalam 5 menit pertama perdagangan. Namun demikian, indeks mampu memanfaatkan gap atas dengan merayap naik untuk mencatatkan tertinggi baru sepanjang masa di 8.689,09 dalam 30 menit pertama perdagangan. Perhatian kini tertuju pada data Cadangan Devisa Indonesia dan Indeks Harga Belanja Konsumsi Pribadi (Personal Consumption Expenditure/PCE) inti AS yang akan dirilis hari ini untuk mencari petunjuk arah pasar selanjutnya.
Indeks-indeks saham Indonesia menunjukkan kinerja positif di sesi pertama. LQ45 naik 0,9% yang di antaranya didorong oleh EXCL (+14,53%), PGEO (+4,74%), SMGR (+2,14%), dan ASII (+2,6%).
Presiden Republik Indonesia (RI), Prabowo Subianto, bertemu Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) Tiongkok, Wang Huning, di Jakarta pada hari kemarin. Pertemuan kedua tokoh ini untuk memperkuat hubungan antara Indonesia dan Tiongkok. Kunjungan Ketua MPR Tiongkok juga merupakan penegasan komitmen kedua negara untuk mempererat hubungan kedua negara agar berdampak pada masyarakat, seperti diinformasikan dalam situs Presiden RI.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian RI, Airlangga Hartarto, dalam forum kolaborasi Industri Indonesia-Tiongkok menguraikan indikator-indikator ekonomi Indonesia terbaru di mana pertumbuhan ekonomi di 5,04%, inflasi di 2,72%, neraca perdagangan masih surplus, PMI manufaktur naik ke 53,3 yang mengindikasikan industri masih dalam fase ekspansi. Airlangga menjelaskan bahwa hubungan ekonomi kedua negara dalam tren yang semakin kuat dan bisa lebih jauh memperkokoh kerja sama dan membuka banyak lapangan kerja.
Hari ini, perhatian pasar Indonesia akan tertuju data Cadangan Devisa Indonesia bulan November yang akan dirilis pada pukul 03:00 GMT (10:00 WIB). Dalam laporan sebelumnya, Cadangan Devisa Indonesia untuk bulan Oktober adalah $149,9 miliar. Cadangan tersebut setara dengan pembiayaan 6,2 bulan impor atau 6 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah. Angka ini jelas di atas standar kecukupan internasional yaitu sekitar 3 bulan impor.
Imbal hasil obligasi Pemerintah Indonesia bertenor 10 tahun berada di 6,190%. Imbal hasil ini belum menunjukkan pergerakan setelah pada hari kemarin turun 1,75%. Penurunan tersebut sekaligus memangkas upaya kenaikan imbal hasil ke 6,328% yang dicapai pada 28 November 2025.
Emas Antam Menunjukkan Kenaikan Kecil Hari ini
Emas 1 gram Antam dijual di harga Rp2.407.000 yang naik Rp1.000 dari harga kemarin Rp2.406.000 seperti dicatat dalam situs Logam Mulia. Meskipun naik, harga Emas Antam belum pulih dari tertinggi minggu ini yang dicapai di Rp2.425.000 pada Selasa lalu.
Tidak ada pergerakan yang signifikan dalam harga Emas Antam ini mengekor harga Emas dunia (XAU/USD) yang masih sideways di area $4.200 per troy ons sejak awal minggu. Para pedagang Emas tampaknya absen karena menunggu data Indeks Harga Belanja Konsumsi Pribadi (Personal Consumption Expenditure/PCE) inti AS untuk bulan September, pengukur inflasi yang disukai The Fed, yang akan dirilis hari ini pada pukul 13:30 GMT (20:30 WIB).
Data ini akan menjadi input penting terakhir sebelum bank sentral AS membuat keputusan suku bunga pada pekan depan. Meskipun Ketua The Fed, Jerome Powell, menegaskan bahwa penurunan suku bunga di bulan Desember tidak pasti, para pedagang suku bunga memprakirakan kemungkinan 87% bahwa The Fed akan menurunkan suku bunga sebesar 25 bp pada pertemuan bulan ini, seperti terlihat pada CME FedWatch
Grafik Harian IHSG

IHSG menuju menutup pekan dengan posisi mempertahankan tren bullish. Tren ini dimulai dari 5.882,60, terendah 2025 yang diraih pada 8 April, hingga tertinggi sepanjang masa di 8.689,09 yang juga membentuk struktur higher highs dan higher lows.
Tren bullish juga diindikasikan oleh posisi IHSG yang bergerak di atas Simple Moving Average (SMA) 200-hari, yang saat ini di 7.395. Average ini memberikan dukungan pada tren bullish saat ini dengan menunjukkan kemiringan ke atas.
Relative Strength Index (RSI) 14-hari berada di 68,90 yang secara teknis mengindikasikan momentumnya adalah bullish karena berada di atas level netral 50. Indikator ini menunjukkan IHSG berada dalam momentum bullish sejak bulan lalu dan masih ada ruang kecil di sisi atas sebelum memasuki zona jenuh beli.
Di sisi atas, penghalang terdekat IHSG adalah 8.689,09 (tertinggi sepanjang masa yang dicapai hari ini). Di atasnya, resistance potensial selanjutnya adalah level-level angka bulat di 8.700, 8.750, dan 8.800. Sementara jika IHSG melanjutkan koreksi dari rekor tertinggi yang disebutkan di atas, penurunan indeks bisa menemukan support teknis di 8.288,27 (tertinggi 13 Oktober 2025, higher high), 8.000 (level angka bulat), dan 7.959,16 (terendah 27 Oktober 2025).
Indikator Ekonomi
Cadangan Devisa
Laporan Aset Cadangan Resmi Indonesia yang diterbitkan oleh Bank Indonesia setiap bulan menunjukkan perubahan aset cadangan dalam mata uang Dolar AS. Bank Indonesia juga menyampaikan pandangannya tentang apakah tingkat cadangan tersebut memadai untuk terus mendukung ketahanan sektor eksternal dan stabilitas keuangan.
Baca lebih lanjutRilis berikutnya Jum Des 05, 2025 03.00
Frekuensi: Bulanan
Konsensus: -
Sebelumnya: $149.9
Sumber: Bank of Indonesia
Informasi mengenai halaman-halaman ini berisi pernyataan berwawasan untuk masa mendatang yang melibatkan risiko dan ketidakpastian. Pasar dan instrumen yang diprofilkan di halaman ini hanya untuk tujuan informasi dan tidak boleh dianggap sebagai rekomendasi untuk membeli atau menjual sekuritas. Anda harus melakukan riset secara menyeluruh sebelum membuat keputusan investasi apa pun. FXStreet tidak menjamin bahwa informasi ini bebas dari kesalahan, galat, atau salah saji material. Juga tidak menjamin bahwa informasi ini bersifat tepat waktu. Berinvestasi di Forex melibatkan banyak risiko, termasuk kehilangan semua atau sebagian dari investasi Anda, dan juga tekanan emosional. Semua risiko, kerugian dan biaya yang terkait dengan investasi, termasuk kerugian total pokok, merupakan tanggung jawab Anda.
Berita Terkini
Pilihan Editor
USD/JPY Melemah Dekat 155,05 di Tengah Ekspektasi Penurunan Suku Bunga The Fed, Fokus pada Data Inflasi PCE AS
Pasangan mata uang USD/JPY tetap lemah di dekat 155,05 selama awal perdagangan sesi Asia pada hari Jumat. Meningkatnya taruhan pada pemotongan suku bunga oleh Federal Reserve AS (The Fed) minggu depan dan data ekonomi AS yang lebih lemah membebani Dolar AS (USD) terhadap Yen Jepang (JPY).
Prakiraan Harga Emas: XAU/USD Datar Dekat $4.200 Menjelang Rilis Inflasi PCE AS
Harga Emas (XAU/USD) diperdagangkan datar di dekat $4.205 selama awal perdagangan sesi Asia pada hari Jumat. Kenaikan imbal hasil obligasi Pemerintah AS dan data lapangan pekerjaan AS yang positif membatasi kenaikan logam mulia.
Prakiraan Harga Emas: Tarik-Menarik Pembeli-Penjual XAU/USD Berlanjut Menjelang Data AS
Emas mempertahankan kisarannya di sekitar level $4.200, saat tarik-ulur antara pembeli dan penjual berlanjut ke hari perdagangan ketiga pada hari Jumat. Meski ada peningkatan seruan pada pemotongan suku bunga Federal Reserve (The Fed) AS minggu depan, para pembeli Emas kesulitan untuk mendapatkan dorongan, berdagang dengan hati-hati.
XRP Terjun di Tengah Aktivitas On-chain Rekor, Sinyal Teknis Beragam
Ripple (XRP) diperdagangkan di bawah tekanan pada saat berita ini ditulis pada hari Kamis, setelah para pembeli gagal menembus resistance jangka pendek di $2,22. Pembalikan ini mungkin akan berlanjut menuju terendah hari Senin di $1,98, terutama jika sentimen risk-off terus berlanjut di pasar mata uang kripto (cryptocurrency) yang lebih luas.
Berikut adalah yang perlu diperhatikan pada hari Jumat, 5 Desember:
Dolar AS (USD) berjuang untuk menemukan arah di tengah tren bearish yang intens dan berkelanjutan yang telah berlangsung sejak akhir November. Meningkatnya spekulasi untuk pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve (The Fed) minggu depan dan data yang mengecewakan telah membuat Greenback berada di bawah pengawasan belakangan ini, memicu momentum penurunannya.