Batu Bara Global Bertahan Stabil, Asia Jadi Penopang di Tengah Tekanan Transisi Energi


  • Harga kontrak Newcastle relatif datar, mencerminkan pasar yang menahan langkah di tengah tarik-menarik permintaan Asia dan arah kebijakan energi global.
  • EIA melihat ASEAN dan India tetap menopang permintaan, sementara Tiongkok melambat namun sektor listriknya masih krusial.
  • Biaya hilirisasi dan agenda transisi energi membentuk batas struktural bagi prospek harga jangka panjang.

Harga batu bara global bergerak stabil pada perdagangan kemarin, dengan kontrak Newcastle ICE Desember 2025 tercatat di USD 108,60 per ton pada 17 Desember 2025, tidak berubah dari sesi sebelumnya. Kontrak Januari 2026 berada di USD 106,10 per ton, naik tipis USD 0,10, mencerminkan pasar yang masih berhati-hati di tengah tarik-menarik prospek permintaan jangka menengah dan tekanan transisi energi global.

ASEAN dan India Topang Permintaan Batu Bara, Perlambatan Tiongkok Batasi Arah Harga Global

Dari sisi fundamental, U.S. Energy Information Administration (EIA) dalam laporan yang dirilis 17 Desember memproyeksikan konsumsi batu bara di kawasan ASEAN tumbuh sekitar 4% per tahun hingga 2030. Secara kumulatif, kawasan ini diprakirakan menyumbang tambahan permintaan sekitar 127 juta ton (Mt) pada periode 2025-2030, menempatkan Asia Tenggara sebagai salah satu penopang utama permintaan batu bara global di tengah pergeseran energi dunia.

Namun, lanskap permintaan Asia tidak sepenuhnya homogen. Permintaan batu bara Tiongkok diprakirakan melambat, seiring percepatan pengembangan energi terbarukan dan perubahan bauran energi di sektor kelistrikan. Meski demikian, gasifikasi batu bara dan pertumbuhan kebutuhan listrik berpotensi menahan penurunan tersebut, terutama dalam jangka menengah. Dalam konteks ini, EIA menekankan bahwa perkembangan sektor kelistrikan Tiongkok tetap menjadi faktor penentu utama arah pasar batu bara global, mengingat skala konsumsi dan sensitivitas kebijakan energinya.

Sebaliknya, India diproyeksikan tetap mencatat pertumbuhan permintaan sekitar 3% per tahun sepanjang 2025-2030, mencerminkan kebutuhan listrik yang terus meningkat seiring ekspansi ekonomi dan urbanisasi. Indonesia juga diprakirakan menjadi kontributor signifikan, dengan tambahan permintaan sekitar 127 Mt pada periode yang sama, terutama didorong kebutuhan domestik dan peran sebagai pemasok regional.

Di tingkat global, EIA memprakirakan konsumsi batu bara dunia pada 2025 naik tipis 0,5% menjadi 8,85 miliar ton, mencapai puncak sehingga diprakirakan menurun sekitar 3% pada 2030, menegaskan bahwa pertumbuhan regional di Asia belum sepenuhnya mampu mengimbangi penurunan struktural di negara-negara maju. Konteks ini menjelaskan mengapa harga batu bara cenderung bergerak stabil namun tanpa dorongan tren kuat, sebagaimana tercermin pada pergerakan kontrak berjangka hari ini.

Biaya DME dan Agenda Transisi Energi Bayangi Prospek Batu Bara Domestik

Dari dalam negeri, perhatian pasar juga tertuju pada isu hilirisasi batu bara, khususnya proyek gasifikasi menjadi Dimethyl Ether (DME). Skema ini dinilai sangat mahal, dengan estimasi biaya dapat mencapai sekitar Rp480 triliun, sehingga memunculkan perdebatan mengenai efektivitas ekonomi dan risiko fiskal. Faktor biaya tinggi ini menjadi pertimbangan penting dalam menilai keberlanjutan kebijakan hilirisasi, sekaligus membentuk ekspektasi jangka panjang terhadap permintaan batu bara domestik.

Sebagai konteks transisi energi jangka panjang, Reuters melaporkan bahwa Indonesia memerlukan investasi sekitar USD 31 miliar pada 2030 dan USD 92 miliar hingga 2050 untuk mendukung peralihan ke energi yang lebih bersih di sektor pembangkit listrik swasta, berdasarkan kajian Just Energy Transition Partnership (JETP). Meski pembangkit listrik mandiri – khususnya di kawasan industri nikel – masih didominasi batu bara, laporan tersebut menegaskan bahwa arah kebijakan energi jangka panjang berpotensi membatasi ruang pertumbuhan permintaan batu bara ke depan, seiring meningkatnya porsi energi terbarukan.

Secara keseluruhan, pasar batu bara saat ini berada dalam fase keseimbangan rapuh: permintaan regional Asia – khususnya ASEAN dan India – masih memberi bantalan, sementara perlambatan Tiongkok, transisi energi global, dan tantangan kebijakan domestik menahan ruang penguatan harga yang lebih agresif.


Bagikan: Pasokan berita

Informasi mengenai halaman-halaman ini berisi pernyataan berwawasan untuk masa mendatang yang melibatkan risiko dan ketidakpastian. Pasar dan instrumen yang diprofilkan di halaman ini hanya untuk tujuan informasi dan tidak boleh dianggap sebagai rekomendasi untuk membeli atau menjual sekuritas. Anda harus melakukan riset secara menyeluruh sebelum membuat keputusan investasi apa pun. FXStreet tidak menjamin bahwa informasi ini bebas dari kesalahan, galat, atau salah saji material. Juga tidak menjamin bahwa informasi ini bersifat tepat waktu. Berinvestasi di Forex melibatkan banyak risiko, termasuk kehilangan semua atau sebagian dari investasi Anda, dan juga tekanan emosional. Semua risiko, kerugian dan biaya yang terkait dengan investasi, termasuk kerugian total pokok, merupakan tanggung jawab Anda.

Ikuti kami di Telegram

Dapatkan pembaruan semua berita

Gabung Telegram

Berita Terkini


Berita Terkini

Pilihan Editor

EUR/USD Menguat Setelah Data Inflasi ECB dan AS

EUR/USD Menguat Setelah Data Inflasi ECB dan AS

Pasangan mata uang EUR/USD melemah di sore hari Amerika dan mendekati level 1,1700. Pasangan mata uang ini melonjak lebih awal di hari setelah ECB mempertahankan suku bunga tidak berubah dan merevisi naik angka inflasi dan pertumbuhan. IHK AS naik 2,7% YoY di bulan November, mendekati target The Fed.

GBP/USD Kembali ke 1,3370 setelah BoE, IHK AS

GBP/USD Kembali ke 1,3370 setelah BoE, IHK AS

Pasangan mata uang GBP/USD melonjak menuju 1,3440 di awal hari, setelah keputusan BoE untuk memangkas suku bunga, dan data IHK AS, yang jauh lebih lemah dari yang diperkirakan. Dolar AS, bagaimanapun, berhasil mendapatkan kembali posisi yang hilang selama jam perdagangan AS.

Emas Memperpanjang Fase Konsolidasi di Sekitar $4.330

Emas Memperpanjang Fase Konsolidasi di Sekitar $4.330

Logam mulia ini tidak dapat menarik minat spekulatif pada hari Kamis, meskipun ada pengumuman bank-bank sentral dan pembaruan inflasi terbaru Amerika Serikat. XAU/USD terjebak di sekitar $4.330, terbatas pada kisaran perdagangan harian yang ketat.

Kripto Hari ini: Bitcoin, Ethereum Bertahan Stabil sementara XRP Turun di Tengah Arus ETF yang Beragam

Kripto Hari ini: Bitcoin, Ethereum Bertahan Stabil sementara XRP Turun di Tengah Arus ETF yang Beragam

Bitcoin mengincar penembusan jangka pendek di atas $87.000, didukung oleh peningkatan signifikan dalam arus masuk ETF. Ethereum mempertahankan support di sekitar $2.800 saat arus keluar ETF yang ringan menekan pemulihannya. XRP bertahan di atas $1,82 di tengah sinyal teknis bearish dan arus masuk yang terus-menerus ke dalam ETF.

Berikut adalah yang perlu Anda ketahui pada hari Jumat, 19 Desember:

Berikut adalah yang perlu Anda ketahui pada hari Jumat, 19 Desember:

Berikut adalah yang perlu Anda ketahui pada hari Jumat, 19 Desember:

MATA UANG UTAMA

INDIKATOR EKONOMI

ANALISA