Tujuh Fundamental untuk Minggu Ini: Perang Iran-Israel, The Fed akan Menghidupkan Pasar yang Tertekan Tarif
| |Terjemahan TerverifikasiLihat Artikel Asli
- Geopolitik dan ketegangan perdagangan tetap menjadi sorotan menjelang beberapa tenggat waktu.
- The Fed siap untuk memberikan sinyal langkah selanjutnya setelah data yang membingungkan.
- Penjualan ritel AS dan keputusan suku bunga di Jepang dan Inggris juga menjaga suasana tetap hidup.
Kapan Federal Reserve (The Fed) akan memangkas suku bunga? Pertanyaan itu bersaing dengan perang Israel-Iran dan nasib tarif yang dikenakan Amerika pada mitra dagangnya. Dan masih ada yang akan datang.
1) Ketegangan di Timur Tengah Memanas
Ketegangan antara Israel dan Iran kembali memanas, dengan kedua negara saling melancarkan serangan signifikan sejak Jumat pagi. Hingga kini, belum ada tanda-tanda deeskalasi.
Sejumlah skenario terburuk mulai mencuat, termasuk kemungkinan runtuhnya rezim Iran serta meluasnya konflik yang berpotensi menyeret Amerika Serikat dan negara-negara lain ke dalam pusaran perang.
Harga minyak dunia telah melonjak tajam, dan diprakirakan akan naik lebih jauh jika Selat Hormuz – jalur vital ekspor minyak mentah dari Teluk Persia – ditutup, sehingga menghambat pengiriman global.
Di sisi lain, harga emas turut menguat sebagai aset lindung nilai, sementara Dolar Amerika Serikat (USD) kembali diminati sebagai aset safe haven. Namun, apakah tren ini akan bertahan? Jika konflik berlangsung tanpa eskalasi lanjutan, nilai Greenback bisa kembali melemah, sejalan dengan tren sepanjang tahun ini.
2) Perundingan Perdagangan Fokus pada UE, Tiongkok
Apakah Eropa dan AS akan semakin dekat? Menjelang KTT Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO), para pemimpin Eropa dan Amerika Serikat membawa harapan baru bagi perbaikan hubungan perdagangan trans-Atlantik. Penguatan nilai tukar EUR/USD turut dinilai dapat meredakan ketegangan yang sempat membayangi hubungan kedua kawasan.
Perundingan ini berlangsung setelah Amerika Serikat dan Tiongkok mencapai kesepahaman untuk mengimplementasikan komitmen yang sebelumnya telah disepakati, meskipun hubungan kedua negara masih rapuh.
Presiden AS Donald Trump telah menetapkan beberapa tenggat waktu terkait pengenaan tarif baru, termasuk akhir Juni untuk pengiriman surat terkait bea sepihak, dan awal Juli untuk menerapkan “tarif resiprokal” yang diumumkan pada April lalu. Posisi Trump makin kuat setelah pengadilan mengizinkan kebijakan tarif saat ini tetap berlaku hingga sidang lanjutan pada 31 Juli.
Kemajuan dalam negosiasi dagang berpotensi mengangkat pasar saham dan memperkuat Dolar AS. Sebaliknya, jika terjadi benturan, Euro dan emas kemungkinan adalah pilihan investor sebagai aset lindung nilai.
3) BoJ Kemungkinan Akan Menurunkan Ekspektasi Kenaikan Suku Bunga
Selasa, awal sesi Asia. Bank of Japan (BoJ) selama beberapa bulan terakhir terus menyuarakan kemungkinan kenaikan suku bunga lanjutan. Namun, dengan meredanya tekanan inflasi, alasan untuk melangkah lebih jauh kini semakin lemah. Kenaikan harga beras memang mencuri perhatian, namun komponen biaya lainnya tetap stabil dalam beberapa bulan terakhir.
BoJ telah menaikkan suku bunga sebanyak tiga kali dalam siklus saat ini, dari sebelumnya -0,10% menjadi 0,50% pada kenaikan terakhir yang terjadi Januari lalu.
Gubernur BoJ Kazuo Ueda bersama para pengambil kebijakan kemungkinan besar akan mempertahankan suku bunga tetap pada level saat ini, sekaligus memberi sinyal bahwa kenaikan lebih lanjut dalam waktu dekat tidak menjadi prioritas. Yen Jepang (JPY) yang sempat menguat pada April kini mulai melemah, dan berisiko menghadapi tekanan lebih lanjut.
4) Penjualan Ritel AS mungkin Menunjukkan Pelemahan dalam Konsumsi
Selasa, 12:30 GMT (19:30 WIB). Konsumen Amerika Serikat tampak masih kuat dalam membelanjakan uangnya, namun dampak tarif impor dan kenaikan harga mulai membayangi. Data inflasi yang lebih lemah dari prakiraan bulan lalu mengisyaratkan bahwa konsumen mungkin mulai menahan belanja sebagai respons terhadap tekanan harga.
Lebih jauh, lonjakan belanja yang terjadi pada awal tahun diduga dipicu oleh kekhawatiran atas tarif, sehingga pembelian dilakukan lebih cepat dari biasanya. Kini, efek dari pembelian di muka tersebut bisa berdampak pada menurunnya belanja di bulan-bulan berikutnya.
Penjualan ritel utama tercatat hanya naik 0,1% pada April, sementara Retail Sales Control Group – indikator yang lebih mencerminkan konsumsi domestik – turun 0,2% setelah dua bulan penguatan. Penurunan ini berpotensi berlanjut, menandakan fase pelemahan dalam konsumsi yang sebelumnya menjadi penopang utama pertumbuhan ekonomi AS.
5) Klaim Tunjangan Pengangguran mungkin Memiliki Dampak di Menit Terakhir pada The Fed
Rabu, 12:30 GMT (19:30 WIB). Untuk kali ini, data mingguan Klaim Tunjangan Pengangguran AS akan dirilis pada Rabu, bukan Kamis seperti biasanya, akibat libur nasional Juneteenth. Perubahan jadwal ini menjadikan rilis data tersebut semakin penting karena muncul tepat sebelum keputusan suku bunga Federal Reserve, sehingga berpotensi memicu pergerakan pasar yang lebih tajam.
Jika angka Klaim Tunjangan Pengangguran melebihi 250.000, pasar kemungkinan akan menilai adanya pelemahan di pasar tenaga kerja, yang bisa menekan Dolar AS dan mendorong penguatan harga emas. Sebaliknya, jika data turun mendekati 200.000, hal itu bisa memperkuat sentimen terhadap ekonomi AS dan memberi dorongan bagi Dolar, sambil menekan harga emas.
6) Keputusan The Fed Bergantung pada Dot Plot yang Sangat Penting
Rabu, 18:00 GMT (Kamis, 01:00 WIB), konferensi pers pada 18:30 GMT (Kamis, 01:30 WIB). Apakah The Fed akan melanjutkan siklus pemotongan suku bunga? Tidak kali ini, tetapi ada tanda-tanda kelemahan dalam ekonomi AS.
Pertama, data inflasi terbaru menunjukkan angka yang mengejutkan rendah, dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) inti hanya naik 0,1% pada bulan Mei. Dampak dari tarif impor pun belum sepenuhnya diteruskan ke konsumen, sehingga The Fed kemungkinan akan bersikap lebih hati-hati.
Terkait mandat kedua bank sentral, yaitu ketenagakerjaan, data yang dirilis sejauh ini menunjukkan hasil yang beragam: laporan Nonfarm Payrolls (NFP) mencatat tambahan 139.000 lapangan kerja – lebih tinggi dari prakiraan—namun tren keseluruhan menunjukkan perlambatan.
Ketua The Fed Jerome Powell bersama para pejabat lainnya diprakirakan akan mempertahankan suku bunga di level saat ini, karena mereka cenderung menghindari kejutan pasar. Namun, sinyal mengenai potensi pelonggaran yang lebih cepat dari ekspektasi sebelumnya bisa tercermin dalam dot plot – proyeksi suku bunga triwulanan dari masing-masing pejabat.
Pada proyeksi bulan Maret lalu, sebagian besar dot mengindikasikan dua kali pemangkasan suku bunga pada 2025, meskipun masih ada sejumlah pejabat yang memilih hanya satu. Kali ini, kecenderungan bisa bergeser lebih kuat ke arah dua pemangkasan.
Pernyataan resmi The Fed juga bisa bernada lebih dovish. Dalam keputusan terakhir bulan Mei, Powell menyatakan bahwa tarif menimbulkan risiko yang seimbang antara inflasi dan pengangguran. Namun, nada tersebut mungkin berubah kali ini, dengan pernyataan yang lebih menekankan pada risiko terhadap mandat ketenagakerjaan.
Terakhir, Powell akan tampil di hadapan wartawan dalam konferensi pers. Selain mengupas arah kebijakan dan kekhawatiran saat ini, para jurnalis kemungkinan juga akan menyinggung soal penggantinya. Spekulasi bahwa mantan Presiden Donald Trump akan mencalonkan Ketua The Fed yang lebih patuh dan dovish semakin berkembang dalam beberapa hari terakhir.
Menurut CME FedWatch, pasar sepenuhnya telah memprakirakan keputusan status quo suku bunga dalam pertemuan kali ini.
Sumber: CMEGroup.
7) Inggris Menuju Pemotongan Suku Bunga Berturut-Turut
Kamis, 11:00 GMT (18:00 WIB). Bank of England (BoE) selama ini bersikap hati-hati dalam memangkas suku bunga, mengingat inflasi inti yang masih tinggi dan pertumbuhan ekonomi yang relatif stabil. Namun, kondisi tersebut tampaknya mulai berubah. Tingkat pengangguran naik menjadi 4,6% pada April, sementara ekonomi Inggris mengalami kontraksi sebesar 0,3% di bulan yang sama.
Situasi ini bisa mendorong Gubernur BoE Andrew Bailey dan para anggota komite untuk memangkas suku bunga untuk kedua kalinya secara beruntun – sesuatu yang belum terjadi sejak awal 2020. Meski ekspektasi pasar masih cenderung pada keputusan mempertahankan suku bunga, opsi pemangkasan tetap terbuka.
Fokus pasar tak hanya pada keputusan suku bunga, tetapi juga pada pola pemungutan suara dalam Komite Kebijakan Moneter (MPC). Pada pertemuan Mei lalu, MPC terbelah dalam tiga kubu: yang mendukung suku bunga tetap, mayoritas memilih pemangkasan 25 basis poin, dan sebagian kecil bahkan mendorong pemangkasan ganda sebesar 50 basis poin.
Jika suara mayoritas mulai condong ke arah pemangkasan, Pound Sterling (GBP) berpotensi tertekan lebih dalam dibandingkan jika terbentuk konsensus yang lebih bulat.
Kesimpulan
Pekan yang mencakup keputusan The Fed selalu menarik – terlebih lagi ketika Trump menjabat sebagai presiden. Libur nasional di Amerika pada hari Kamis menambah dinamika tersendiri. Lakukanlah perdagangan dengan hati-hati.
Informasi di halaman ini berisi pernyataan berwawasan ke depan yang melibatkan risiko dan ketidakpastian. Pasar dan instrumen yang diprofilkan di halaman ini hanya untuk tujuan informasi dan tidak boleh dianggap sebagai rekomendasi untuk membeli atau menjual aset ini. Anda harus melakukan riset menyeluruh sebelum membuat keputusan investasi apa pun. FXStreet sama sekali tidak menjamin bahwa informasi ini bebas dari kesalahan, kekeliruan, atau salah saji material. Ini juga tidak menjamin bahwa informasi ini bersifat tepat waktu. Berinvestasi di Pasar Terbuka melibatkan banyak risiko, termasuk kehilangan semua atau sebagian dari investasi Anda, serta tekanan emosional. Semua risiko, kerugian, dan biaya yang terkait dengan investasi, termasuk kerugian pokok, adalah tanggung jawab Anda. Pandangan dan pendapat yang diungkapkan dalam artikel ini adalah milik penulis dan tidak mencerminkan kebijakan resmi atau posisi FXStreet maupun pengiklannya.