IHSG Melemah Tipis di Awal Pekan, Pasar Menahan Langkah Jelang RDG BI dan Sinyal The Fed
|- IHSG turun 0,13% ke 8.649, tertekan sektor energi dan infrastruktur, sementara rotasi mengangkat perbankan dan kesehatan.
- Fokus domestik tertuju pada RDG BI 17 Desember; konsensus memprakirakan BI-Rate bertahan 4,75% di tengah upaya menjaga stabilitas rupiah dan inflasi.
- Sentimen global dibayangi nada hawkish pejabat The Fed, rotasi sektor di Wall Street, serta aliran dana asing yang masih selektif terhadap aset Indonesia.
Pergerakan pasar saham domestik mengawali pekan dengan tekanan selektif, tercermin dari Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang turun 0,13% ke level 8.649, melemah 10 poin dari penutupan sebelumnya. Sejak dibuka di 8.705, IHSG sempat menyentuh 8.720 sebelum tekanan jual mendorong indeks turun hingga 8.622, menandakan pasar masih menahan langkah menjelang rangkaian agenda penting pekan ini.
Tekanan paling nyata datang dari sektor energi yang anjlok 3,46%, diikuti IDXINFRA turun 1,94% serta IDXBASIC melemah 1,40%, sejalan dengan sentimen global yang belum kondusif. Namun, pelemahan tersebut diimbangi oleh rotasi sektor yang cukup jelas. INFOBANK15 melonjak 4,24%, PRIMBANK10 naik 3,91%, dan IDXHEALTH menguat 3,51%, menunjukkan minat investor beralih ke sektor defensif dan perbankan tertentu di tengah ketidakpastian arah pasar.
Pada papan individual, saham VINS, ERTX, dan DGIK memimpin daftar penguatan dengan lonjakan di atas 29%, meski didominasi transaksi bernilai relatif terbatas. Sebaliknya, tekanan jual tajam terlihat pada FORU, HDIT, dan KIJA, yang masing-masing terkoreksi dua digit, mencerminkan aksi penyesuaian posisi pada saham-saham tertentu.
RDG BI dan Data Permintaan Domestik Jadi Sorotan Pasar Pekan Ini
Dari sisi domestik, sentimen pasar juga dipengaruhi oleh agenda ekonomi penting yang akan dirilis pekan ini. Perhatian utama tertuju pada keputusan suku bunga Bank Indonesia pada 17 Desember, di mana konsensus pasar memprakirakan BI-Rate dipertahankan di 4,75%, dengan deposit facility 3,75% dan lending facility 5,50% tetap tidak berubah. Keputusan ini dipandang sebagai cerminan sikap kehati-hatian BI dalam menjaga stabilitas nilai tukar dan inflasi di tengah tekanan eksternal yang masih berlanjut.
Setelah keputusan moneter, investor juga akan mencermati pertumbuhan kredit November serta data penjualan mobil, yang menjadi indikator penting untuk menilai kekuatan permintaan domestik dan dapat memberi arah bagi sentimen pasar jangka pendek.
Arus Modal Global Beralih ke Obligasi Asia, Asing Masih Selektif terhadap Aset Indonesia
Sementara itu, dari sisi eksternal, pola aliran modal global turut membentuk lanskap pergerakan IHSG. Reuters melaporkan bahwa investor asing mengalihkan dana ke obligasi Asia pada November, dengan pembelian bersih mencapai USD 10,86 miliar, tertinggi sejak Mei, sebagai respons atas mahalnya valuasi saham – terutama sektor teknologi – serta ketidakpastian arah kebijakan Federal Reserve. Namun, Indonesia justru mencatat arus keluar sekitar USD 400 juta di pasar obligasi, menandakan sikap asing yang masih selektif terhadap aset domestik. Kondisi ini memperkuat kecenderungan IHSG bergerak hati-hati dan berbasis rotasi sektoral, alih-alih menguat secara menyeluruh.
Nada Hawkish The Fed Jaga Ekspektasi Suku Bunga, Pasar Menanti Isyarat Lanjutan Pejabat The Fed
Nada hawkish dari sejumlah pejabat The Fed pekan lalu turut membentuk kembali ekspektasi pasar global dan berpotensi memberi dukungan bagi Dolar AS (USD). Pelaku pasar kini menanti isyarat lanjutan dari pernyataan Gubernur The Fed Stephen Miran dan Presiden The Fed New York John Williams yang dijadwalkan berbicara pada Senin, di tengah upaya pasar menakar arah kebijakan suku bunga selanjutnya.
Presiden The Fed Chicago Austan Goolsbee menegaskan perlunya bersabar dan menunggu data ekonomi yang lebih lengkap sebelum memangkas suku bunga. Ia menilai sebagian besar indikator masih menunjukkan pertumbuhan yang stabil, dengan pasar tenaga kerja mendingin secara moderat, sementara inflasi yang telah lama berada di atas target belum memberi keyakinan untuk pelonggaran dini. Menurutnya, menunda penurunan suku bunga hingga awal 2026 lebih bijak agar The Fed dapat memastikan inflasi benar-benar melandai tanpa menambah risiko ekonomi.
Pandangan tersebut diperkuat oleh Presiden The Fed Cleveland Elizabeth Hammack, yang menilai kekosongan data pemerintah sempat menciptakan “kabut” dalam membaca inflasi. Meski pasar tenaga kerja mulai mendingin, inflasi masih berada di atas target 2%. Kebijakan moneter saat ini dinilainya berada di sekitar netral, meski ia lebih menyukai sikap yang sedikit lebih ketat sambil memantau stabilitas inflasi dan ketenagakerjaan. Sementara itu, Presiden The Fed Philadelphia Anna Paulson menilai pemangkasan suku bunga telah memberi “asuransi” terhadap risiko pelemahan pasar kerja. Meski inflasi masih tinggi, ia melihat peluang yang cukup baik bagi inflasi untuk melandai hingga tahun depan, dengan penekanan kuat pada kredibilitas kebijakan agar target 2% tetap tercapai.
Rotasi Saham AS Menguat di Luar AI, Data Inflasi dan NFP Jadi Ujian Berikutnya
Di pasar saham AS, dinamika kebijakan tersebut turut mendorong rotasi sektor. Menurut Kathleen Brooks, Direktur Riset XTB UK sekaligus kontributor FXStreet, pergeseran menjauh dari saham-saham AI membuka ruang bagi sektor lain untuk mengejar ketertinggalan. Dow Jones, yang relatif minim eksposur teknologi, melonjak lebih dari 1%, sementara melemahnya kinerja Magnificent 7 memberi kesempatan bagi 493 saham lain di S&P 500 untuk menguat. Namun, Brooks mengingatkan bahwa ketahanan saham siklikal akan diuji oleh rilis IHK AS pekan ini – kejutan inflasi ke arah atas berpotensi mengikis dukungan, meski valuasi masih terlihat menarik. Fokus pasar juga tertuju pada laporan ketenagakerjaan AS (NFP, upah rata-rata, dan tingkat pengangguran) yang dapat membentuk ekspektasi menuju FOMC Januari.
Informasi di halaman ini berisi pernyataan berwawasan ke depan yang melibatkan risiko dan ketidakpastian. Pasar dan instrumen yang diprofilkan di halaman ini hanya untuk tujuan informasi dan tidak boleh dianggap sebagai rekomendasi untuk membeli atau menjual aset ini. Anda harus melakukan riset menyeluruh sebelum membuat keputusan investasi apa pun. FXStreet sama sekali tidak menjamin bahwa informasi ini bebas dari kesalahan, kekeliruan, atau salah saji material. Ini juga tidak menjamin bahwa informasi ini bersifat tepat waktu. Berinvestasi di Pasar Terbuka melibatkan banyak risiko, termasuk kehilangan semua atau sebagian dari investasi Anda, serta tekanan emosional. Semua risiko, kerugian, dan biaya yang terkait dengan investasi, termasuk kerugian pokok, adalah tanggung jawab Anda. Pandangan dan pendapat yang diungkapkan dalam artikel ini adalah milik penulis dan tidak mencerminkan kebijakan resmi atau posisi FXStreet maupun pengiklannya.