- Infrastruktur memimpin penguatan sektor domestik, sementara data ekonomi Indonesia tetap menunjukkan fondasi demand yang terjaga.
- Wall Street dan pasar Asia melemah dilanda tekanan valuasi AI dan risiko perlambatan pasar tenaga kerja AS.
- Sentimen global makin rapuh seiring penurunan ekspor Tiongkok dan prospek kontraksi ekonomi Jepang kuartal III.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat 0,69% ke 8.394 pada akhir sesi, dengan pergerakan dalam perdagangan harian bergerak di rentang 8.332-8.398. Kenaikan ini juga kembali membawa IHSG mencetak all-time-high (ATH) baru di area 8.398, mengindikasikan dominasi pembeli masih berlanjut dan momentum penguatan tetap terjaga selama indeks mampu bertahan di atas area 8.300.
Kenaikan indeks didukung mayoritas sektor yang menghijau, terutama Infrastruktur yang memimpin dengan lonjakan 2,42% ke 2.033, disusul Properti yang naik 1,98% ke 1.053 dan Energi yang menguat 1,82% ke 3.759. Sementara itu, beberapa sektor masih terkoreksi, termasuk Industri yang melemah 0,27% ke 1.695, Transportasi turun 0,39% ke 1.832 dan Non-Cyclical terkoreksi 0,70% ke 799.
Dari sisi saham, KDTN menjadi top gainer dengan kenaikan 26,58% ke 200, diikuti HDF A +26,14% ke 193 serta CHEM yang naik 26,04% ke 121. Untuk top losers, UNTD melemah 14,16% ke 97, WOOD terkoreksi 11,29% ke 448, dan SMMT turun 10% ke 1.710 pada akhir perdagangan.
Data Domestik Indonesia Tetap Stabil, Cadangan Devisa Naik ke USD149,9 Miliar
Pada sesi Asia, data domestik yang dirilis Jumat pagi menunjukkan stabilitas fundamental yang tetap terjaga. Cadangan devisa Oktober meningkat ke USD149,9 miliar dari USD148,7 miliar, memberikan ruang tambahan bagi stabilitas eksternal. Selain itu, Indeks Harga Properti kuartal III tumbuh 0,84% YoY, sedikit lebih rendah dari 0,90% sebelumnya. Sementara penjualan motor Oktober masih menguat 7,3% YoY, mencerminkan permintaan domestik yang tetap kuat. Kombinasi ini memperlihatkan fondasi demand yang masih terjaga, meski sektor properti bergerak lebih moderat.
Tekanan Teknologi Seret Wall Street, namun Kontrak Berjangka Berupaya Rebound di Tengah Ketidakpastian Tenaga Kerja AS
Dari eksternal global, Wall Street ditutup lebih rendah pada Kamis karena pasar kembali meragukan ketahanan rally sektor teknologi, sementara kecemasan atas perlambatan pasar tenaga kerja AS meningkat. Dow Jones turun 0,84%, S&P 500 koreksi 1,12%, dan Nasdaq 100 merosot 1,9%. Saham-saham AI kembali menjadi sentral tekanan dengan Nvidia jatuh 3,7%, AMD -7,3% dan Palantir -6,8%.
Memasuki perdagangan Jumat, dinamika mulai sedikit bergeser. Kontrak berjangka Wall Street bergerak tipis di zona hijau pada Jumat, memberi sinyal rebound ringan usai tekanan besar di saham teknologi. Namun kekhawatiran valuasi AI yang terlalu mahal dan tanda pelemahan pasar tenaga kerja masih menahan sentimen. Penundaan rilis NFP akibat shutdown, ditambah lonjakan PHK Challenger Oktober yang melesat ke 153,07 ribu dari 54,06 ribu bulan sebelumnya, semakin mempertebal ketidakpastian pasar tenaga kerja AS. Kini pasar menunggu katalis berikutnya seperti peluang pemangkasan suku bunga The Fed Desember, perkembangan arah shutdown, serta rilis kinerja Nvidia.
Sektor AI juga menjadi sorotan setelah pemegang saham Tesla menyetujui paket kompensasi terbesar dalam sejarah bagi Elon Musk, dengan potensi nilai hingga USD 1 triliun dalam 10 tahun. Persetujuan ini memperkuat keyakinan investor pada ekspansi Tesla ke AI dan robotika, sekaligus menjaga Musk tetap fokus di Tesla di tengah potensi konflik kepentingan dengan perusahaan lain seperti xAI.
Asia Melemah Tertekan Data Ekspor Tiongkok dan Prospek Kontraksi Ekonomi Jepang
Sementara itu di kawasan Asia, tekanan eksternal semakin terlihat. Pasar saham regional mayoritas terkoreksi, dengan Nikkei jatuh 1,19% ke 50.276, KOSPI melemah 1,81% ke 3.953, ASX turun 0,66% ke 8.769, dan HSI merosot 0,92% ke 26.241. Shanghai Composite bergerak negatif 0,25% ke 3.997, sementara STI justru menguat tipis 0,16% ke 4.492.
Sentimen kawasan terbebani oleh rilis ekspor Tiongkok yang turun 1,1% pada Oktober, ditambah penurunan pengiriman ke AS lebih dari 25% YoY, menegaskan tekanan struktural meski terdapat gencatan tarif sementara Trump-Xi. Beijing juga menunda penerapan pembatasan ekspor tanah jarang sebagai bagian dari kesepakatan meredakan tensi perdagangan.
Di Jepang, survei Reuters memprakirakan ekonomi akan menyusut sekitar 2,5% tahunan pada kuartal III, menjadi kontraksi pertama dalam enam kuartal akibat tekanan tarif AS, dengan melemahnya ekspor, konsumsi, dan investasi yang menandai fase stagnasi baru ekonomi Jepang.
Dengan lanskap global yang semakin rapuh dan asimetris – antara tekanan AI di Wall Street, penurunan ekspor Tiongkok, hingga potensi kontraksi Jepang – pasar domestik tetap menunjukkan daya tahan yang relatif solid berkat stabilitas indikator internal. Namun, ruang konsolidasi masih terbuka mengingat sensitivitas sentimen terhadap arah kebijakan The Fed dan risiko makro AS yang belum mereda. Dalam kondisi seperti ini, IHSG berpotensi bergerak lebih selektif untuk beberapa sesi ke depan, dengan investor cenderung menunggu konfirmasi arah eksternal sebelum memperbesar eksposur risiko baru.
Informasi mengenai halaman-halaman ini berisi pernyataan berwawasan untuk masa mendatang yang melibatkan risiko dan ketidakpastian. Pasar dan instrumen yang diprofilkan di halaman ini hanya untuk tujuan informasi dan tidak boleh dianggap sebagai rekomendasi untuk membeli atau menjual sekuritas. Anda harus melakukan riset secara menyeluruh sebelum membuat keputusan investasi apa pun. FXStreet tidak menjamin bahwa informasi ini bebas dari kesalahan, galat, atau salah saji material. Juga tidak menjamin bahwa informasi ini bersifat tepat waktu. Berinvestasi di Forex melibatkan banyak risiko, termasuk kehilangan semua atau sebagian dari investasi Anda, dan juga tekanan emosional. Semua risiko, kerugian dan biaya yang terkait dengan investasi, termasuk kerugian total pokok, merupakan tanggung jawab Anda.
Berita Terkini
Pilihan Editor
Prakiraan Harga AUD/USD: Mengunjungi Kembali Level Tertinggi Dua Bulan di Dekat 0,6620
AUD/USD naik mendekati 0,6620 karena kinerja Dolar Australia yang terus unggul. Gubernur RBA Bullock mempertahankan opsi pengetatan kebijakan moneter lebih lanjut. Para investor tampaknya yakin bahwa The Fed akan menurunkan suku bunga pekan depan.
Yen Jepang Mencatat Level Tertinggi Baru Tiga Pekan versus Dolar AS; Tampaknya Siap Menguat Lebih Lanjut
Yen Jepang mempertahankan bias bullish saat taruhan kenaikan suku bunga BoJ mengimbangi data Belanja Rumah Tangga yang mengecewakan. Ekspektasi dovish The Fed gagal membantu USD dalam menarik para pembeli dan membatasi kenaikan pasangan mata uang USD/JPY. Para pedagang sangat menanti Indeks Harga Belanja Konsumsi Pribadi (PCE) AS untuk mendapatkan petunjuk pemangkasan suku bunga The Fed dan dorongan arah baru.
Emas: Momentum Bullish Memudar Meskipun Kelemahan USD Secara Umum
Setelah naik lebih dari 3,5% pada minggu sebelumnya, Emas telah memasuki fase konsolidasi dan berfluktuasi di sekitar $4.200. Keputusan suku bunga Federal Reserve dan Ringkasan Proyeksi Ekonomi yang direvisi, juga dikenal sebagai dot plot, dapat memicu pergerakan arah berikutnya di XAU/USD.
Minggu Depan: Penurunan Suku Bunga atau Kejutan Pasar? The Fed Memutuskan
Penurunan suku bunga The Fed diprakirakan secara luas; dot plot dan retorika keseluruhan pertemuan juga penting. Selera risiko didukung oleh ekspektasi penurunan suku bunga The Fed; kripto menunjukkan tanda-tanda kehidupan. RBA, BoC, dan SNB juga akan bertemu; kemungkinan kejutan relatif rendah. Kelemahan dolar dapat bertahan; baik Dolar Australia maupun Yen berada dalam posisi terbaik untuk mendapatkan keuntungan lebih lanjut. Emas dan minyak memperhatikan perkembangan Ukraina-Rusia; kesepakatan damai tetap sulit dicapai.
Berikut adalah yang perlu Anda ketahui pada hari Jumat, 5 Desember:
Pada paruh kedua hari ini, BEA AS akan mempublikasikan data Indeks Harga PCE untuk bulan September, pengukur inflasi yang disukai Fed. Di sesi Amerika nanti, para investor akan mencermati laporan Indeks Sentimen Konsumen UoM untuk bulan Desember.