- IHSG menutup pekan dengan nyaris datar di 8.370, pasar bergerak selektif.
- Data Tiongkok kembali melemah, memicu risk-off kawasan.
- The Fed bernada hati-hati, spekulasi dovish memudar.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan Jumat ditutup melemah tipis 0,02% ke 8.370, bergerak sempit dalam rentang 8.360-8.417. Pergerakan yang nyaris datar ini mencerminkan pasar yang lebih selektif, dengan rotasi sektor berjalan tidak merata. Infrastruktur memimpin penguatan dengan naik 1,18% ke 2.174, disusul Transportasi dan BUMN yang masing-masing menguat 1,15%. Sebaliknya, tekanan terlihat pada Cyclicals (-1,09%), Health Care (-1,50%), dan Industrials yang memimpin pelemahan dengan turun 1,76% ke 1.714.
Di kelompok top gainers, LION melonjak 25% ke 520 dengan nilai transaksi Rp4,9 miliar, diikuti CSIS yang menguat 24,8% ke 412 dengan nilai dagang besar Rp73,9 miliar. TRUK turut naik 24,7% ke 494, mencatat transaksi Rp7,5 miliar. Ketiga saham ini menjadi motor penguatan di segmen mid–small caps. Sementara itu, kelompok top losers dipimpin ITMA yang turun 15% ke 1.475, disusul TIRA (-14,9% ke 1.570) dan GMTD (-14,9% ke 2.570). Koreksi tajam pada saham-saham tersebut membuat pasar lebih berhati-hati, terutama pada emiten berisiko tinggi yang volatilitasnya meningkat.
Pemulihan Tiongkok Melemah, Tekanan Eksternal Meningkat di Kawasan Asia
Sentimen kawasan tertekan setelah data Tiongkok menunjukkan pemulihan yang rapuh. Penjualan ritel hanya naik 2,9% YoY, sementara produksi industri jatuh tajam ke 4,9% YoY – terlemah dalam lebih dari setahun. Konsumsi masih bertahan, tetapi manufaktur kembali melemah di tengah perang dagang, permintaan domestik yang lesu, dan ketergantungan pada ekspor serta infrastruktur.
Hambatan struktural seperti utang pemerintah daerah, pelemahan properti, dan rendahnya konsumsi semakin menahan prospek. Meski target pertumbuhan 5% masih diklaim tercapai, ruang stimulus jangka pendek dinilai terbatas. Dampaknya, pasar regional termasuk Indonesia mendapat tekanan tambahan, terutama di sektor komoditas, energi, dan industri berbasis ekspor.
Tekanan eksternal makin terasa setelah bursa Asia melemah serempak sebagai respons terhadap data Tiongkok yang lemah dan ketidakpastian global. KOSPI memimpin penurunan dengan jatuh 3,81%, mencerminkan tekanan kuat pada sektor teknologi Korea yang sangat bergantung pada permintaan Tiongkok. Nikkei turun 1,77%, sementara HSI di Hong Kong merosot 1,85% setelah pasar mencerna dampak melemahnya aktivitas manufaktur dan konsumsi Tiongkok. Indeks lainnya ikut melemah seperti ASX (-1,36%), SHC (-0,97%), dan STI (-0,65%). Koreksi luas di kawasan ini mempertegas meningkatnya aversi risiko regional, yang turut membatasi ruang penguatan IHSG sepanjang sesi.
Ketidakpastian Data AS dan Nada Hati-Hati The Fed Dorong Pasar Beralih ke Mode Defensif
Dari Amerika Serikat, ketidakpastian data menambah alasan bagi pasar untuk bersikap defensif. Biro Statistik Tenaga Kerja AS menyampaikan bahwa jadwal rilis data akan segera diperbarui, namun Kevin Hassett dari Gedung Putih menegaskan bahwa laporan ketenagakerjaan berikutnya tidak akan menyertakan data pengangguran akibat gangguan teknis selama shutdown. Minimnya panduan ini membuat pasar global – termasuk Indonesia – lebih berhati-hati menjelang akhir pekan.
Sikap tunggu dan lihat di pasar semakin dipertegas oleh komentar sejumlah pejabat The Fed. Mary Daly menilai ketidakpastian ekonomi memang menyempit, namun inflasi masih jauh dari target 2% dan pasar tenaga kerja melemah sehingga terlalu dini untuk memberi sinyal terkait keputusan Desember. Neel Kashkari melihat tekanan yang makin jelas di beberapa sektor pekerjaan, dengan inflasi bertahan di sekitar 3%. Beth Hammack menyoroti inflasi jasa yang tetap bandel dan kemungkinan bertahan di atas target selama beberapa tahun, sehingga kebijakan perlu tetap restriktif. Alberto Musalem menambahkan bahwa ekonomi AS masih kuat dan suku bunga mendekati level netral, tetapi ruang pemangkasan terbatas; ia memprakirakan perlambatan kuartal IV dapat berbalik pulih di awal tahun depan, dengan inflasi baru melandai jelas pada paruh kedua 2026 jika kebijakan dijaga hati-hati.
Gabungan tekanan dari Tiongkok, ketidakpastian data AS, serta nada konservatif dari pejabat The Fed membuat spekulasi dovish cepat menyusut. Pasar kini bergerak lebih defensif sambil menunggu panduan yang lebih jelas mengenai arah kebijakan moneter global.
Informasi mengenai halaman-halaman ini berisi pernyataan berwawasan untuk masa mendatang yang melibatkan risiko dan ketidakpastian. Pasar dan instrumen yang diprofilkan di halaman ini hanya untuk tujuan informasi dan tidak boleh dianggap sebagai rekomendasi untuk membeli atau menjual sekuritas. Anda harus melakukan riset secara menyeluruh sebelum membuat keputusan investasi apa pun. FXStreet tidak menjamin bahwa informasi ini bebas dari kesalahan, galat, atau salah saji material. Juga tidak menjamin bahwa informasi ini bersifat tepat waktu. Berinvestasi di Forex melibatkan banyak risiko, termasuk kehilangan semua atau sebagian dari investasi Anda, dan juga tekanan emosional. Semua risiko, kerugian dan biaya yang terkait dengan investasi, termasuk kerugian total pokok, merupakan tanggung jawab Anda.
Berita Terkini
Pilihan Editor
Prakiraan Harga AUD/USD: Mengunjungi Kembali Level Tertinggi Dua Bulan di Dekat 0,6620
AUD/USD naik mendekati 0,6620 karena kinerja Dolar Australia yang terus unggul. Gubernur RBA Bullock mempertahankan opsi pengetatan kebijakan moneter lebih lanjut. Para investor tampaknya yakin bahwa The Fed akan menurunkan suku bunga pekan depan.
Yen Jepang Mencatat Level Tertinggi Baru Tiga Pekan versus Dolar AS; Tampaknya Siap Menguat Lebih Lanjut
Yen Jepang mempertahankan bias bullish saat taruhan kenaikan suku bunga BoJ mengimbangi data Belanja Rumah Tangga yang mengecewakan. Ekspektasi dovish The Fed gagal membantu USD dalam menarik para pembeli dan membatasi kenaikan pasangan mata uang USD/JPY. Para pedagang sangat menanti Indeks Harga Belanja Konsumsi Pribadi (PCE) AS untuk mendapatkan petunjuk pemangkasan suku bunga The Fed dan dorongan arah baru.
Emas: Momentum Bullish Memudar Meskipun Kelemahan USD Secara Umum
Setelah naik lebih dari 3,5% pada minggu sebelumnya, Emas telah memasuki fase konsolidasi dan berfluktuasi di sekitar $4.200. Keputusan suku bunga Federal Reserve dan Ringkasan Proyeksi Ekonomi yang direvisi, juga dikenal sebagai dot plot, dapat memicu pergerakan arah berikutnya di XAU/USD.
Minggu Depan: Penurunan Suku Bunga atau Kejutan Pasar? The Fed Memutuskan
Penurunan suku bunga The Fed diprakirakan secara luas; dot plot dan retorika keseluruhan pertemuan juga penting. Selera risiko didukung oleh ekspektasi penurunan suku bunga The Fed; kripto menunjukkan tanda-tanda kehidupan. RBA, BoC, dan SNB juga akan bertemu; kemungkinan kejutan relatif rendah. Kelemahan dolar dapat bertahan; baik Dolar Australia maupun Yen berada dalam posisi terbaik untuk mendapatkan keuntungan lebih lanjut. Emas dan minyak memperhatikan perkembangan Ukraina-Rusia; kesepakatan damai tetap sulit dicapai.
Berikut adalah yang perlu Anda ketahui pada hari Jumat, 5 Desember:
Pada paruh kedua hari ini, BEA AS akan mempublikasikan data Indeks Harga PCE untuk bulan September, pengukur inflasi yang disukai Fed. Di sesi Amerika nanti, para investor akan mencermati laporan Indeks Sentimen Konsumen UoM untuk bulan Desember.