Berita

WTI Pangkas Kenaikan di Tengah Kehati-hatian Pasar setelah Serangan Iran terhadap Israel, tetap Di Atas $85,00

  • Harga WTI mendapat dukungan kenaikan karena investor mengharapkan Israel merespon serangan Iran.
  • Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah meminta kabinet perangnya untuk merumuskan respon terhadap serangan langsung Iran terhadap Israel.
  • Harga minyak mentah bertahan di tengah data Tiongkok yang beragam.

Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) naik tipis mendekati $85,30 per barel selama jam perdagangan Asia pada hari Selasa. Harga minyak mentah mendapat dukungan kenaikan karena kekhawatiran terhadap meningkatnya ketegangan antara Israel dan Iran, terutama setelah serangan rudal dan pesawat tak berawak Iran pada hari Sabtu.

Selain itu, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengadakan rapat kabinet perangnya untuk kedua kalinya dalam waktu kurang dari 24 jam pada hari Senin untuk menilai bagaimana merespon serangan langsung Iran terhadap Israel, menurut Reuters. Selain itu, kepala militer Israel menyatakan bahwa negaranya akan membalas serangan tersebut, dengan laporan-laporan yang menunjukkan bahwa mereka menargetkan situs-situs strategis di Iran.

Iran, sebagai anggota penting Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC), memproduksi lebih dari 3 juta barel minyak mentah per hari. Setiap eskalasi ketegangan antara Israel dan Iran berpotensi memicu konflik yang lebih luas di Timur Tengah.

Dari sisi permintaan, harga minyak mentah tampaknya bertahan stabil di tengah data yang beragam yang dirilis oleh importir minyak terbesar di dunia pada hari Selasa. Produk Domestik Bruto (PDB) Tiongkok untuk kuartal pertama tahun 2024 meningkat sebesar 1,6% dari kuartal ke kuartal, melampaui pertumbuhan kuartal sebelumnya sebesar 1,0%. Pertumbuhan PDB dari tahun ke tahun mencapai 5,3%, melebihi ekspektasi 5,0% dan melampaui angka 5,2% dari periode sebelumnya. Namun, Produksi Industri (YoY) Tiongkok pada bulan Maret meningkat 4,5%, jauh dari ekspektasi pasar sebesar 5,4% dan angka sebelumnya sebesar 7,0%.

Sementara itu, menurut seorang pejabat industri Afrika yang berbicara kepada Reuters, Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan Rusia (OPEC+) mempertimbangkan Namibia untuk menjadi anggota potensial, mengingat statusnya yang diproyeksikan sebagai produsen minyak terbesar keempat di Afrika pada dekade berikutnya. Tujuan utamanya adalah agar Namibia menjadi bagian dari Piagam Kerja Sama OPEC+, sebuah koalisi yang berfokus pada diskusi berkelanjutan mengenai dinamika pasar energi.

 

Informasi di halaman ini berisi pernyataan berwawasan ke depan yang melibatkan risiko dan ketidakpastian. Pasar dan instrumen yang diprofilkan di halaman ini hanya untuk tujuan informasi dan tidak boleh dianggap sebagai rekomendasi untuk membeli atau menjual aset ini. Anda harus melakukan riset menyeluruh sebelum membuat keputusan investasi apa pun. FXStreet sama sekali tidak menjamin bahwa informasi ini bebas dari kesalahan, kekeliruan, atau salah saji material. Ini juga tidak menjamin bahwa informasi ini bersifat tepat waktu. Berinvestasi di Pasar Terbuka melibatkan banyak risiko, termasuk kehilangan semua atau sebagian dari investasi Anda, serta tekanan emosional. Semua risiko, kerugian, dan biaya yang terkait dengan investasi, termasuk kerugian pokok, adalah tanggung jawab Anda. Pandangan dan pendapat yang diungkapkan dalam artikel ini adalah milik penulis dan tidak mencerminkan kebijakan resmi atau posisi FXStreet maupun pengiklannya.


KONTEN TERKAIT

Memuat ...



Copyright ©2024 FOREXSTREET S.L., Hak cipta dilindungi undang-undang.