Rupiah Tertekan usai Keyakinan Konsumen yang Melemah Jelang Risalah FOMC, Dolar AS Semakin Dominan
|- Rupiah melemah ke Rp16.615 per dolar AS dibanding penutupan Selasa di Rp16.560.
- Dolar global menguat, didukung kenaikan imbal hasil AS, shutdown pemerintah, dan antisipasi risalah rapat FOMC.
- Data domestik BI menunjukkan keyakinan konsumen tetap kuat meski sedikit menurun.
Rupiah bergerak ke Rp16.615 per dolar AS pada perdagangan Rabu menjelang sesi Eropa, melemah sekitar 0,56% dibanding penutupan Selasa di Rp16.560. Pelemahan ini menandakan masih kuatnya permintaan dolar di pasar global, seiring investor menilai ulang arah kebijakan The Fed di tengah ketidakpastian terkait inflasi dan dampak tarif impor AS. Dari sisi teknis, pasangan mata uang USD/IDR diprakirakan bergerak dalam rentang 16.550-16.650 pada hari ini, dengan kecenderungan bertahan di area atas setelah sempat menguji level 16.630.
Keyakinan Konsumen masih Kokoh meski Melemah, sementara Dolar Global Menekan Ruang Gerak Rupiah
Dari dalam negeri, Survei Konsumen Bank Indonesia September 2025 menunjukkan keyakinan masyarakat terhadap ekonomi tetap kuat, dengan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) berada di level optimis 115,0. Optimisme ini ditopang oleh Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (102,7) dan Indeks Ekspektasi Konsumen (127,2), meski keduanya sedikit menurun dibanding bulan sebelumnya. Data ini menegaskan daya beli masyarakat masih terjaga, memberikan dasar stabil bagi konsumsi rumah tangga yang menjadi penopang utama pertumbuhan domestik.
Namun, di sisi lain, penguatan dolar global terhadap mayoritas mata uang Asia – didukung oleh kenaikan imbal hasil obligasi AS, penutupan sebagian aktivitas pemerintah federal (shutdown), dan meredanya minat risiko menjelang rilis risalah rapat FOMC – masih membatasi ruang apresiasi rupiah. Kondisi politik di Washington yang buntu membuat rilis data ekonomi utama tertunda, menambah ketidakpastian arah kebijakan moneter di tengah fokus pasar pada panduan dari para pejabat The Fed.
Dalam konteks ini, Bank Indonesia diprakirakan akan tetap berfokus menjaga stabilitas nilai tukar, sambil menakar ruang kebijakan yang tersedia tanpa mengganggu persepsi pasar terhadap kredibilitas moneter. Indeks Dolar AS (DXY) sendiri menanjak ke 98,91, melampaui level tertinggi sejak 22 Agustus, dan kini memasuki hari ketiga penguatan beruntun, mencerminkan dominasi dolar di pasar global di tengah meningkatnya permintaan aset safe haven.
Pejabat The Fed Berbeda Pandangan Soal Inflasi dan Arah Kebijakan Moneter
Dari sisi kebijakan moneter AS, Stephen Miran, anggota Dewan Gubernur The Fed, menilai inflasi terutama dipicu oleh peningkatan populasi dan menyerukan pelonggaran kebijakan moneter karena suku bunga netral kini lebih rendah, sekitar 0,5%. Ia optimis terhadap pertumbuhan, menyebut perumahan sebagai pendorong utama inflasi, dan menilai regulasi perbankan terlalu ketat. Miran menolak perubahan target inflasi 2% serta menegaskan tarif impor bukan faktor utama tekanan harga.
Sementara itu, Presiden The Fed Minneapolis, Neel Kashkari, menyatakan masih terlalu dini untuk menilai apakah inflasi akibat tarif akan bertahan, sambil menegaskan sikap optimistis terhadap pasar tenaga kerja AS. Ia meragukan klaim bahwa AI telah banyak menggantikan pekerja, meski mengakui teknologi tersebut akan mengubah karakteristik pekerjaan di masa depan.
Pasar Menanti Risalah Rapat FOMC, Volatilitas Dolar Berpotensi Meningkat
Adapun agenda ekonomi Amerika Serikat pada Rabu, 8 Oktober, terfokus pada serangkaian pidato pejabat Federal Reserve dan rilis penting risalah rapat FOMC. Sejak malam waktu Indonesia, sejumlah anggota The Fed dijadwalkan berbicara, termasuk Musalem, Barr, Goolsbee, Logan, dan Kashkari, yang berlangsung berurutan hingga dini hari. Puncak perhatian pasar tertuju pada publikasi risalah rapat FOMC pukul 18.00 UTC (sekitar 01.00 WIB Kamis), yang diharapkan memberikan sinyal lebih lanjut mengenai arah kebijakan suku bunga dan pandangan internal bank sentral terhadap inflasi serta prospek ekonomi AS. Rangkaian agenda padat ini berpotensi meningkatkan volatilitas dolar pada hari ini.
Ke depan, arah rupiah akan bergantung pada hasil risalah FOMC dan sikap The Fed berikutnya. Nada hawkish berpotensi menekan rupiah lebih dalam, sementara sinyal dovish bisa memberi ruang pemulihan terbatas, dengan stabilitas jangka pendek tetap ditopang intervensi Bank Indonesia.
Indikator Ekonomi
Risalah Rapat FOMC
FOMC singkatan dari Federal Open Market Committee yang mengatur 8 pertemuan dalam setahun dan ulasan kondisi ekonomi dan keuangan, menentukan sikap yang tepat dalam kebijakan moneter dan menilai risiko terhadap tujuan jangka panjang atas stabilitas harga dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. FOMC Minutes yang dirilis oleh Dewan Gubernur Federal Reserve dan panduan yang jelas untuk kebijakan suku bunga AS di masa yang akan datang.
Baca lebih lanjutRilis berikutnya Rab Okt 08, 2025 18.00
Frekuensi: Tidak teratur
Konsensus: -
Sebelumnya: -
Sumber: Federal Reserve
Risalah Rapat Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) biasanya diterbitkan tiga minggu setelah hari keputusan kebijakan. Investor mencari petunjuk mengenai prospek kebijakan dalam publikasi ini di samping pembagian suara. Nada bullish kemungkinan akan memberikan dorongan bagi greenback sementara sikap dovish dipandang sebagai USD-negatif. Perlu dicatat bahwa reaksi pasar terhadap Risalah Rapat FOMC dapat tertunda karena outlet berita tidak memiliki akses ke publikasi sebelum rilis, tidak seperti Pernyataan Kebijakan FOMC.
Informasi di halaman ini berisi pernyataan berwawasan ke depan yang melibatkan risiko dan ketidakpastian. Pasar dan instrumen yang diprofilkan di halaman ini hanya untuk tujuan informasi dan tidak boleh dianggap sebagai rekomendasi untuk membeli atau menjual aset ini. Anda harus melakukan riset menyeluruh sebelum membuat keputusan investasi apa pun. FXStreet sama sekali tidak menjamin bahwa informasi ini bebas dari kesalahan, kekeliruan, atau salah saji material. Ini juga tidak menjamin bahwa informasi ini bersifat tepat waktu. Berinvestasi di Pasar Terbuka melibatkan banyak risiko, termasuk kehilangan semua atau sebagian dari investasi Anda, serta tekanan emosional. Semua risiko, kerugian, dan biaya yang terkait dengan investasi, termasuk kerugian pokok, adalah tanggung jawab Anda. Pandangan dan pendapat yang diungkapkan dalam artikel ini adalah milik penulis dan tidak mencerminkan kebijakan resmi atau posisi FXStreet maupun pengiklannya.