IHSG Melemah Tipis 0,18%; Asing Ramai-Ramai Jual BBRI dan ANTM
|- IHSG ditutup melemah 0,18% ke 6.915, tertekan sektor transportasi dan aksi jual bersih asing Rp695,74 miliar; sektor konsumsi siklis menguat 0,69%.
- Data makro positif, termasuk surplus dagang Mei US$4,3 miliar dan inflasi tahunan 1,87%.
- Saham MINA dan KRYA melonjak di atas 30%, sementara BMRI terkoreksi 2,7%; BBCA naik tipis 0,3%.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menutup perdagangan hari Selasa dengan koreksi ringan sebesar 0,18% atau turun 12 poin ke level 6.915. Indeks ini sempat menguat ke level tertinggi harian di 6.971, sebelum tertekan hingga ke terendah 6.885. IHSG dibuka di level 6.954, sedikit lebih tinggi dari penutupan hari sebelumnya di 6.927.
Di tengah pelemahan sektoral secara umum, sektor barang konsumsi siklis (IDXCYCLIC) justru menjadi penopang utama dengan penguatan 0,69% ke level 722, naik 4 poin dari posisi sebelumnya. Indeks ini bergerak dalam rentang sempit, antara 721 hingga 731, menunjukkan adanya rotasi sektor ke segmen defensif konsumen.
Sebaliknya, sektor transportasi dan logistik (IDXTRANS) menjadi pemberat, merosot 1,88% ke level 1.428. Dibuka di 1.450, sektor ini tak mampu bertahan dan jatuh ke level terendah 1.417, di tengah tekanan jual yang cukup besar.
Data Ekonomi Domestik Jadi Sorotan
Dari sisi makro, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat surplus neraca perdagangan sebesar US$4,3 miliar pada Mei 2025 – jauh mengungguli konsensus US$2,4 miliar dan melonjak tajam dari April yang hanya US$0,15 miliar. Lonjakan ekspor tahunan sebesar 9,68% YoY menjadi pendorong utama, sementara impor hanya tumbuh 4,14%, mencerminkan lemahnya permintaan domestik.
Inflasi pun masih terkendali. Inflasi tahunan Juni tercatat 1,87%, naik dari 1,6% bulan sebelumnya. Inflasi inti justru turun tipis ke 2,37%, sedangkan inflasi bulanan naik 0,19% usai sempat mencatat deflasi pada Mei.
Namun, ada catatan negatif dari sektor manufaktur. PMI Manufaktur Indonesia versi S&P Global turun ke 46,9 pada Juni dari 47,4 di bulan sebelumnya – tetap berada di bawah ambang batas ekspansi (50), yang mengindikasikan bahwa sektor manufaktur masih dalam fase kontraksi.
Sentimen Global: Dolar Tertekan, Pasar Tunggu NFP
Pasar juga dibayangi ketidakpastian global, terutama menjelang tenggat tarif 9 Juli yang dicanangkan Presiden AS Donald Trump. Kekhawatiran atas RUU “One Big Beautiful” yang berpotensi membuat defisit fiskal AS membengkak kian menekan Dolar. Ditambah lagi, ekspektasi pemangkasan suku bunga The Fed pada September telah mendorong indeks Dolar ke posisi terendah sejak Februari 2022.
Investor global kini menunggu rilis data Nonfarm Payrolls (NFP) pada Kamis — lebih cepat dari biasanya karena libur Hari Kemerdekaan AS — sebagai petunjuk arah kebijakan moneter selanjutnya.
MINA dan KRYA Bersinar, BMRI Melemah 2,7%
Di tengah pasar yang lesu, dua saham mencuri perhatian dan berada di puncak top gainers. PT Mina Karya Perkasa Tbk. (MINA) melonjak 34,1% ke Rp110, dengan nilai transaksi Rp72,2 miliar. Sementara PT Karya Teknologi Nusantara Tbk. (KRYA) naik 32,2% ke Rp197, mencatatkan transaksi Rp68,1 miliar.
Saham-saham sektor perbankan masih mendominasi daftar dengan valuasi transaksi terbesar di pasar. PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) mencatat nilai transaksi tertinggi sebesar Rp3,23 triliun, namun ditutup melemah 2,7% ke level Rp4.750. Volume perdagangan saham ini mencapai 3,2 juta lot, mencerminkan tekanan jual yang tinggi. Tekanan tersebut muncul setelah investor mencerna laporan kinerja 5M25 yang menunjukkan laba bersih perseroan stagnan, sehingga memicu aksi ambil untung.
BBCA dengan total transaksi senilai Rp1,627 triliun, mampu bertahan, naik tipis 0,3% ke Rp8.700. Saham ini sempat menyentuh level tertinggi Rp8.775 dan terendah Rp8.600, dengan volume 823,9 ribu lot.
Investor Asing Jual Bersih, BBRI dan ANTM Paling Banyak Dijual
Asing mencatatkan jual bersih sebesar Rp695,74 miliar di seluruh pasar. Saham BBRI menjadi yang paling banyak dilepas asing dengan nilai net sell Rp200,2 miliar, disusul ANTM yang dijual senilai Rp98,4 miliar. Aksi jual ini menekan sektor perbankan dan tambang, dan turut membebani IHSG.
Di sisi lain, TLKM dan TPIA menjadi saham incaran asing, masing-masing mencatat pembelian bersih Rp68,1 miliar dan Rp33,3 miliar.
Informasi di halaman ini berisi pernyataan berwawasan ke depan yang melibatkan risiko dan ketidakpastian. Pasar dan instrumen yang diprofilkan di halaman ini hanya untuk tujuan informasi dan tidak boleh dianggap sebagai rekomendasi untuk membeli atau menjual aset ini. Anda harus melakukan riset menyeluruh sebelum membuat keputusan investasi apa pun. FXStreet sama sekali tidak menjamin bahwa informasi ini bebas dari kesalahan, kekeliruan, atau salah saji material. Ini juga tidak menjamin bahwa informasi ini bersifat tepat waktu. Berinvestasi di Pasar Terbuka melibatkan banyak risiko, termasuk kehilangan semua atau sebagian dari investasi Anda, serta tekanan emosional. Semua risiko, kerugian, dan biaya yang terkait dengan investasi, termasuk kerugian pokok, adalah tanggung jawab Anda. Pandangan dan pendapat yang diungkapkan dalam artikel ini adalah milik penulis dan tidak mencerminkan kebijakan resmi atau posisi FXStreet maupun pengiklannya.