IHSG Bertahan Defensif Usai BI Tahan Suku Bunga, Rotasi Sektor Masih Berlangsung
|- IHSG melemah tipis 0,11% ke 8.677 usai BI mempertahankan BI-Rate, mencerminkan pasar yang masih menahan langkah di tengah ketidakpastian global.
- Sektor defensif dan infrastruktur menguat selektif, sementara teknologi dan saham siklikal kembali menjadi titik tekan utama.
- Fokus pasar bergeser ke data inflasi AS dan arah kebijakan The Fed, sembari menilai konsistensi BI menjaga stabilitas rupiah dan momentum pemulihan domestik.
Perdagangan sesi Rabu memperlihatkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali bergerak defensif usai BI menahan suku bunga. Indeks ditutup melemah 0,11% ke level 8.677, setelah dibuka di 8.708 dan sempat menyentuh area tertinggi 8.729. Pergerakan yang relatif sempit ini menegaskan pasar masih menahan langkah, di tengah proses rotasi sektoral yang belum sepenuhnya menemukan keseimbangan baru.
Penguatan terlihat selektif pada sektor defensif dan berbasis infrastruktur. IDXINFRA memimpin kenaikan dengan menguat 2,32% ke 2.629, disusul IDXHEALTH yang naik 0,96% ke 2.127, serta SMinfra18 yang menguat 0,94%. Pola ini mengindikasikan aliran dana jangka pendek masih mencari perlindungan pada sektor yang relatif stabil di tengah ketidakpastian global.
Sebaliknya, tekanan paling nyata datang dari sektor berisiko. IDXTECHNO terkoreksi tajam 2,83% ke 10.325, sementara IDXCYCLIC melemah 1,16% dan IDXESGL turun 0,90%. Pelemahan ini mencerminkan kecenderungan investor untuk mengurangi eksposur pada saham pertumbuhan dan siklikal, seiring meningkatnya kehati-hatian terhadap prospek global.
BI Pertahankan Suku Bunga, Pasar Menilai Konsistensi Kebijakan di Tengah Akselerasi Kredit
Sebelum keputusan kebijakan moneter diumumkan, optimisme terhadap pasar saham domestik sempat menguat. Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa menyampaikan pandangan bahwa Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpeluang menembus level 9.000 di akhir 2025, seiring keyakinan terhadap fundamental ekonomi domestik yang tetap terjaga. Pandangan ini turut diperkuat oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK), yang menilai penguatan IHSG sepanjang tahun ini ditopang oleh stabilitas sektor keuangan dan pertumbuhan ekonomi yang relatif solid, meski tetap dipengaruhi dinamika global dan sentimen pasar.
Hari ini, Bank Indonesia (BI) kemudian mempertahankan sikap yang konsisten. Pada keputusan Desember, BI menahan BI-Rate di 4,75%, dengan Deposit Facility Rate 3,75% dan Lending Facility Rate 5,50%, sejalan dengan konsensus pasar. Keputusan ini datang setelah pertumbuhan kredit November meningkat ke 7,74% (YoY) dari 7,36% sebelumnya, mengindikasikan transmisi kebijakan moneter ke sektor riil mulai berjalan lebih efektif.
Dengan latar tersebut, BI memilih menjaga stabilitas kebijakan guna menopang momentum kredit tanpa menambah tekanan pada inflasi maupun nilai tukar. Respons pasar yang relatif tenang menunjukkan keputusan ini telah diantisipasi dengan baik, sementara fokus investor kini tertuju pada konsistensi BI dalam menyeimbangkan stabilitas rupiah dan pemulihan ekonomi domestik di tengah lingkungan global yang masih berfluktuasi. BI juga membuka ruang pelonggaran kebijakan lebih lanjut pada 2026 apabila inflasi tetap rendah dan dorongan pertumbuhan diperlukan, termasuk melalui penyesuaian persyaratan cadangan perbankan untuk menekan biaya kredit.
Pasar AS Masih Abu-Abu, Data Tenaga Kerja Belum Mengunci Arah Pemangkasan Suku Bunga The Fed
Dari luar negeri, perhatian pasar kembali tertuju pada Amerika Serikat. Meningkatnya kekhawatiran terhadap pasar tenaga kerja AS sempat mendorong ekspektasi pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve, namun dorongan tersebut belum cukup kuat untuk menggeser arah kebijakan secara meyakinkan. Sejumlah pelaku pasar menilai sinyal pelemahan data masih belum sepenuhnya mencerminkan kondisi fundamental yang utuh.
Data terbaru memperkuat gambaran pendinginan pasar tenaga kerja, meski konsumsi inti masih bertahan. Nonfarm Payrolls (NFP) Oktober direvisi turun menjadi -105 ribu, sementara penambahan tenaga kerja November hanya 64 ribu. Tekanan upah melambat, dengan kenaikan bulanan bertahan di 0,1% dan laju tahunan 3,5%, sementara tingkat pengangguran naik ke 4,6%. Namun, kenaikan tingkat partisipasi angkatan kerja ke 62,5% menunjukkan pelemahan berlangsung bertahap, bukan akibat keluarnya pekerja dari pasar.
Menurut KBC Market Research Desk, data payrolls terbaru belum cukup mengunci ekspektasi pemangkasan suku bunga kuartal I. Kenaikan pengangguran yang berlanjut sejak Juni mendekatkan indikator ke ambang Sahm Rule, meningkatkan risiko sinyal awal resesi, meski penguatan penjualan ritel inti dan PMI yang masih ekspansif menunjukkan momentum pertumbuhan mulai melemah di tengah meningkatnya tekanan biaya.
Sejalan dengan itu, CME FedWatch menunjukkan probabilitas dominan bahwa The Fed akan menahan suku bunga di kisaran 3,50%-3,75% pada pertemuan Januari, menegaskan sikap wait and see di tengah volatilitas ekspektasi jangka pendek.
Pandangan kehati-hatian ini ditegaskan oleh Raphael Bostic, Presiden Federal Reserve Bank of Atlanta, yang menilai pelonggaran kebijakan terlalu dini berisiko menghidupkan kembali tekanan inflasi dan menggoyahkan ekspektasi harga.
Sementara itu, Aaron Hill, Analis Pasar di FP Markets, menilai harga pasar suku bunga saat ini belum mencerminkan dorongan kuat untuk pelonggaran jangka pendek, dengan pemangkasan sekitar 6 bp yang diimplikasikan pada Januari dan peluang Maret berada di kisaran 50/50. Menjelang IHK AS November yang akan dirilis hari Kamis, Hill memperingatkan potensi reaksi pasar yang tidak teratur pada awal rilis, meski menilai IHK Desember kemungkinan akan lebih menentukan arah kebijakan The Fed ke depan.
IHSG Masih Defensif, Pasar Menunggu Katalis Inflasi AS dan Arah Kebijakan
Secara keseluruhan, IHSG masih berada dalam fase konsolidasi defensif, dengan ruang gerak yang cenderung terbatas di tengah kombinasi kehati-hatian global dan stabilitas kebijakan domestik. Arah pergerakan berikutnya akan sangat ditentukan oleh respon pasar terhadap data inflasi AS, konsistensi kebijakan Bank Indonesia, serta keberlanjutan rotasi sektoral. Selama ketidakpastian global belum mereda, pelaku pasar cenderung menahan eksposur agresif, sembari menunggu konfirmasi katalis baru yang dapat membuka ruang penguatan yang lebih terarah.
Indikator Ekonomi
Indeks Harga Konsumen (Thn/Thn)
Kecenderungan inflasi atau deflasi diukur dengan menjumlahkan harga sekeranjang barang dan jasa secara berkala dan menyajikan datanya sebagai Indeks Harga Konsumen (IHK). Data IHK dikumpulkan setiap bulan dan dirilis oleh Departemen Statistik Tenaga Kerja AS. Laporan bulanan ini membandingkan harga barang-barang pada bulan referensi dengan bulan sebelumnya. IHK Tidak termasuk Makanan & Energi tidak menyertakan komponen makanan dan energi yang lebih fluktuatif untuk memberikan pengukuran tekanan harga yang lebih akurat. Secara umum, angka yang tinggi dipandang sebagai bullish bagi Dolar AS (USD), sedangkan angka yang rendah dianggap sebagai bearish.
Baca lebih lanjutRilis berikutnya Kam Des 18, 2025 13.30
Frekuensi: Bulanan
Konsensus: 3%
Sebelumnya: 3%
Sumber: US Bureau of Labor Statistics
Federal Reserve AS (The Fed) memiliki mandat ganda untuk menjaga stabilitas harga dan lapangan kerja maksimum. Menurut mandat tersebut, inflasi seharusnya berada di sekitar 2% YoY dan telah menjadi pilar terlemah dari arahan bank sentral sejak dunia mengalami pandemi, yang berlanjut hingga saat ini. Tekanan harga terus meningkat di tengah masalah rantai pasokan dan kemacetan, dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) bertahan di level tertinggi multi-dekade. The Fed telah mengambil langkah-langkah untuk mengekang inflasi dan diprakirakan akan mempertahankan sikap agresif di masa mendatang.
Informasi di halaman ini berisi pernyataan berwawasan ke depan yang melibatkan risiko dan ketidakpastian. Pasar dan instrumen yang diprofilkan di halaman ini hanya untuk tujuan informasi dan tidak boleh dianggap sebagai rekomendasi untuk membeli atau menjual aset ini. Anda harus melakukan riset menyeluruh sebelum membuat keputusan investasi apa pun. FXStreet sama sekali tidak menjamin bahwa informasi ini bebas dari kesalahan, kekeliruan, atau salah saji material. Ini juga tidak menjamin bahwa informasi ini bersifat tepat waktu. Berinvestasi di Pasar Terbuka melibatkan banyak risiko, termasuk kehilangan semua atau sebagian dari investasi Anda, serta tekanan emosional. Semua risiko, kerugian, dan biaya yang terkait dengan investasi, termasuk kerugian pokok, adalah tanggung jawab Anda. Pandangan dan pendapat yang diungkapkan dalam artikel ini adalah milik penulis dan tidak mencerminkan kebijakan resmi atau posisi FXStreet maupun pengiklannya.